Bagikan:

JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) membukukan pertumbuhan kredit sebesar 10,9 persen year on year pada sepanjang 2022 senilai Rp646,1 triliun

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan hasil moncer itu turut menopang laba konsolidasi perseroan yang sebesar Rp18,3 triliun di tahun lalu.

“Pertumbuhan kredit BNI berada di atas target perusahaan,” ujarnya ketika memberikan pemaparan full year pada Selasa, 24 Januari.

Menurut Royke, torehan apik interediasi didukung Net Interest Margin (NIM) yang terjaga di level 4,8 persen.

“Pertumbuhan kredit yang sehat ditopang oleh ekspansi bisnis dari debitur top-tier dan bisnis turunannya yang berasal dari value chain debitur,” tuturnya.

Royke menjelaskan, kemampuan ekspansi BNI juga disokong pertumbuhan current account saving account (CASA) yang kuat sebesar 10,1 persen.

“Di saat yang bersamaan terjadi perbaikan kualitas kredit melalui kebijakan perkreditan yang efektif mampu menekan rasio NPL sebesar 90 basis point (bps) secara tahunan menjadi 2,8 persen,” tegasnya.

Emiten berkode saham BBNI itu tercatat pula memfasilitasi kredit sindikasi dan mampu berkontribusi hampir Rp1 triliun ke pendapatan nonbunga, atau naik 100 persen dibandingkan tahun lalu.

Adapun, jumlah kredit yang direstrukturisasi dengan stimulus COVID-19 juga terus menurun nilainya menjadi Rp49,6 triliun atau setara dengan 7,8 persen dari total kredit.

Penurunan di kuartal lalu terutama berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi seperti restoran, hotel, tekstil dan konstruksi, hal ini mengindikasikan bahwa bisnis debitur di sektor tersebut mulai kembali pulih.

“Trend positif pada kualitas aset ini juga mendorong pembentukan beban CKPN menjadi lebih rendah sehingga Cost of Credit membaik dari 3,3 persen di tahun sebelumnya menjadi 1,9 persen,” tutup Royke.