JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) alias BNI, berencana menyelenggarakan rapat umum pemegang saham (RUPS) pada Maret 2022. RUPS digelar sehubungan dengan rencana perseroan mengambil alih sebanyak 63,92 persen dari saham bank milik konglomerat Jogi Hendra Atmadja, PT Bank Mayora.
Berdasarkan ringkasan rancangan pengambilalihan dikutip Selasa 25 Januari, BNI menjadwalkan pengumuman RUPS pada 4 Februari 2022. Selanjutnya, pemanggilan RUPS BNI dijadwalkan pada 21 Februari 2022.
Lebih lanjut, BNI akan melaksanakan RUPS pada 15 Maret 2022, untuk persetujuan pengambilalihan. Emiten bersandi saham BBNI itu, menargetkan rencana pengambilalihan Bank Mayora dapat rampung pada Mei 2022.
BNI berencana mengambilalih Bank Mayora untuk mendukung transaksi digital masyarakat dan juga sejalan dengan transformasi perseroan untuk membentuk suatu bank digital melalui strategi anorganik, yaitu pengambilalihan Bank Mayora, yang selanjutnya akan ditranformasikan menjadi bank digital.
"Bank Mayora akan menghadirkan solusi digital berbasis ekosistem, khususnya untuk membantu UKM dalam mengakomodir kebutuhan layanan perbankan dan bisnis UKM," jelas manajemen BNI.
Nantinya, usai aksi pengambilalihan rampung, susunan pemegang saham Bank Mayora akan terdiri dari PT Mayora Inti Utama sebesar 36,08 persen dan BNI sebesar 63,92 persen.
Rancangan pengambilalihan ini telah ditandatangani pada 12 Januari 2022 oleh direksi BNI dan Bank Mayora dan telah mendapat persetujuan dari masing-masing dewan komisaris. Namun, rancangan ini belum memperoleh persetujuan RUPS BNI dan Bank Mayora
Sebagai informasi, Bank Mayora membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp32,7 miliar di kuartal III 2021. Laba Bank Mayora naik 234 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari laba periode yang sama tahun lalu senilai Rp9,8 miliar.
BACA JUGA:
Sementara itu, pendapatan bunga turun 8 persen yoy atau Rp3,7 miliar dan beban bunga ikut menyusut 13 persen yoy menjadi Rp1,7 miliar pada September 2021. Dari sana, pendapatan bunga bersih susut 3 persen yoy menjadi Rp1,9 miliar.
Selain itu, Bank Mayora telah menyalurkan kredit sebesar 3,7 triliun hingga September 2021. Angka ini turun 12 persen dari pembiayaan pada Desember 2020 sebesar Rp4,3 triliun.
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), Bank Mayora tumbuh 15 persen ytd menjadi Rp7,34 triliun. Pertumbuhan tersebut berasal dari dana murah berupa giro dan tabungan (CASA) yang tumbuh sebesar 42 persen ytd, dari Rp2,09 triliun menjadi Rp2,96 triliun.
Dengan demikian, total aset Bank Mayora naik 12 persen ytd. Total aset perseroan per Desember 2020 sebesar Rp8,01 triliun naik menjadi Rp9 triliun per September 2021.
Selain itu, Bank Mayora juga tercatat mendapatkan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) di level 3,21 persen secara gross dan 2,09 persen secara net pada September 2021.