JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) melaporkan penyaluran kredit hingga semester I 2021 tumbuh 4,5 persen persen year-on-year (y-o-y) menjadi Rp569,7 triliun.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan penyaluran kredit yang sehat dengan didominasi oleh sektor-sektor usaha prospektif dengan risiko rendah, terutama pada segmen business banking.
Dia menyebutkan, penyaluran kredit di segmen business banking tercatat sebesar Rp475,6 triliun atau tumbuh 3,5 persen y-o-y dari tahun lalu yang sebesar Rp459,6 triliun.
Secara terperinci, pertumbuhan tertinggi berada pada segmen small business sebesar 20,6 persen dengan baki debet mencapai Rp91 triliun, dibandingkan Juni 2020 senilai Rp75,4 triliun. Kemudian pertumbuhan tertinggi berikutnya diikuti corporate private sebesar 7,9 persen dengan baki debet mencapai Rp179,1 triliun. Sementara pada periode yang sama pada tahun 2020 mencapai Rp165,9 triliun.
Selain kredit korporasi, pada segmen consumer banking pun mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,4 persen secara y-o-y atau mencapai Rp92,8 triliun. Kredit Tanpa Agunan yang berbasis payroll mencatat pertumbuhan 19,6% persen menjadi Rp32,7 triliun dibandingkan periode yang sama 2020.
Kemudian, disusul oleh Kredit Pemilikan Rumah yang tumbuh 6,3 persen menjadi Rp47,6 triliun dibandingkan tahun lalu.
“Pertumbuhan kredit consumer juga dapat mengindikasikan mulai bergairahnya konsumsi masyarakat yang menopang pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) nasional,” ujarnya dalam keterangan pers seperti yang dikutip pada Sabtu, 4 September.
Kinerja intermediasi yang moncer tersebut membuat BNI meraup laba bersihRp5 triliun pada paruh pertama tahun ini . Nilai tersebut melesat 12,8 persen dibandingkan bukuan yang sama tahun 2020.
“Pencadangan akan kami terus perkuat menjadi 215,3 persen sebagai antisipasi dalam menghadapi potensi risiko kredit ke depan,” katanya.
BACA JUGA:
Kinerja solid itu didukung pula oleh Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP) yang naik 24,4 persen menjadi Rp 16,1 triliun.
Kemudian, Pendapatan Bunga Bersih (NII) tumbuh 18,2 persen YoY menjadi Rp 19,3 triliun, Pendapatan Nonbunga senilai Rp 6,8 triliun atau tumbuh 19,2 persen dengan kontribusi Fee Based Income (FBI) dari pengelolaan rekening dan kartu debit, ATM, dan kanal layanan elektronik, trade finance, serta marketable securities.
“Selain aktif di industri perbankan dalam negeri, BNI juga dimandatkan untuk fokus menjadi bank dengan kapabilitas internasional yang unggul. Bisnis internasional perusahaan juga berkontribusi pada pendapatan perseroan,” tutup Royke.