Kementan Sebut Produksi Beras Dalam Negeri Surplus, Komisi IV: <i>Kok</i> Harus Ada Impor?
Tangkapan layar Ketua Komisi IV DPR-RI Sudin dalam rapat dengan Mentan Syahrul Yasin Limpo. (Foto: VOI/Mery Handayani)

Bagikan:

JAKARTA - Komisi IV DPR menyoroti data Kementerian Pertanian terkait produksi beras yang mengalami surplus 55,4 juta ton pada 2022 atau berhasil melampaui target 54,56 juta ton. Sementara, Indonesia tetap membuka keran impor beras.

Ketua Komisi IV DPR-RI Sudin menilai pemerintah masih menghadapi isu klasik soal data di sektor pertanian dan menunjukkan situasi semakin buruk. Salah satunya, kata Sudin, dibukanya kembali impor beras pada akhir 2022 sebanyak 500.000 ton.

“Secara kasat mata, ini menunjukkan produksi beras dan pangan lainnya tidak mampu memenuhi kebutuhan nasional sehingga pemerintah terpaksa mengeluarkan kebijakan untuk impor. Produksi yang disampaikan tidak singkron dengan keadaan di lapangan,” katanya dalam rapat dengan Menteri Pertanian, Senin, 16 Januari.

Jika produksi beras di dalam negeri benar surplus, Sudin mempertanyakan kemana larinya margin surplus tersebut. Pasalnya, dalam data tersebut, tidak dijelaskan secara lebih rinci terkait larinya marjin. “Kalau surplus, kok harus ada impor?” ujar Sudin.

Sekadar informasi, hingga saat ini Indonesia masih terus melakukan impor beras. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan telah memberikan izin impor beras sebanyak 500.00 ton.

Pada Januari 2023, diperkirakan sebanyak 200.000 ton beras akan memasuki Indonesia. Namun realisasinya hingga kini baru 120.000 ton. Sementara 300.000 ton sisanya akan masuk bertahap mulai Februari 2023.

Produksi Beras 55,4 Juta Ton Sepanjang 2022

Pada rapat dengan Komisi IV DPR hari ini, Menteri Pertanian Syarul Yasin Limpo menyampaikan, produksi beras sepanjang tahun 2022 berhasil melampaui target yang dikejar pemerintah. Jumlahnya 55,4 juta ton, melebihi dari target Kementan tahun 2022 sebanyak 54,56 juta ton.

“Produksi padi mencapai 101,61 persen dari target,” kata Syahrul.

Sementara itu, progres capaian pengembangan lahan pertanaman padi mencapai 965,5 ribu hektare (ha) atau 100,23 persen dari target 963,3 ribu ha. Memasuki 2023, Syahrul menargetkan produksi padi dapat mencapai 54,5 juta ton.

Menurut Syahrul, capaian produksi itu dicapai berkat kerja keras seluruh jajaran serta kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah, DPR, serta pemangku kepentingan terkait.

Meski begitu, Syahrul mengakui banyak tantangan pertanian yang dihadapi terutama akibat pandemi COVID-19 serta konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan krisis pangan dan energi dunia.

“Namun, pada akhirnya kita semua dapat melaluinya dengan baik,” katanya.