Bagikan:

JAKARTA – Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nawir Messi menyatakan bahwa porsi investor domestik yang semakin menguat di instrumen surat berharga negara (SBN) membawa konsekuensi tersendiri. Menurut dia, asumsi itu tercermin dari cadangan devisa yang relatif terus melandai.

Sebagai gantinya, Bank Indonesia berperan sebagai investor yang menyerap surat utang pemerintah dengan cukup signifikan.

“Ini merupakan konsekuensi dari intervensi Bank Indonesia yang sangat insentif (membeli SBN) dalam beberapa bulan terakhir,” ujarnya secara daring kepada awak media pada Kamis, 5 Januari.

Dalam catatan Nawir, nilai cadangan devisa Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan Singapura, Thailand, India, dan Korea Selatan.

“Kecuali dengan Malaysia, cadangan devisa kita sedikit di atas mereka,” tutur dia.

Nawir menjelaskan, devisa yang cenderung landai tersebut semakin tertekan dengan adanya indikasi eksportir RI yang memilih menyimpan valasnya di luar negeri dibandingkan di dalam negeri.

“Banyak orang yang surprise dalam tiga atau empat tahun belakangan ini Singapura menjadi investor nomor satu di Indonesia. Menurut saya ini duitnya orang-orang Indonesia juga yang disimpan di Singapura dan kemudian masuk kesini sebagai foreign direct investment (FDI),” jelas dia.

Mengutip laporan yang dilansir oleh Bank Indonesia (BI), disebutkan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2022 adalah sebesar 134 miliar dolar AS. Angka itu meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Oktober 2022 yang sebesar 130,2 miliar dolar AS.

Bank sentral mengklaim bahwa cadangan devisa yang setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor atau 5,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

“Ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono beberapa waktu lalu.

Adapun terkait dengan upaya Bank Indonesia menarik dana ekspor yang terparkir di luar negeri, otoritas moneter menyiapkan insentif khusus bagi pelaku usaha.

“Kami akan mengeluarkan instrumen baru dimana bank-bank bisa mem-fast on simpanan dana hasil ekspor (DHE) dari para eksportir kepada Bank Indonesia dengan mekanisme pasar dan suku bunga atau imbal hasil yang menarik,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo di penghujung tahun lalu.