Bagikan:

JAKARTA – Kementerian Keuangan menyatakan bahwa defisit APBN pada penutupan periode 2022 adalah sebesar Rp464,3 triliun atau setara 2,38 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Angka tersebut dibukukan berdasarkan pada pendapatan negara Rp2.626,4 triliun berbanding dengan belanja yang sebesar Rp3.090,8 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa realisasi defisit anggaran 2022 jauh lebih baik dibandingkan dengan sasaran awal yang diperkirakan sebesar Rp840,2 triliun atau 4,5 persen PDB.

“Defisit turun signifikan mendekati level sebelum pandemi,” ujarnya ketika menggelar konferensi pers pada Selasa, 3 Januari.

Menurut Menkeu, hasil positif ini tidak lepas dari dua hal. Pertama, peningkatan harga komoditas ekspor RI yang turut mengerek sumber-sumber penerimaan negara.

“Serta yang kedua adalah proses pemulihan ekonomi nasional yang terus berlangsung dan itu dibuktikan dari penghimpunan pajak yang semakin kuat,” tutur dia.

Sebagai informasi, APBN 2022 adalah periode terakhir pelonggaran defisit anggaran di atas 3 persen yang berlaku sejak 2020 lalu sebagai respon untuk mengatasi dampak pandemi COVID-19.

Adapun, pada APBN 2023 pemerintah wajib melaksanakan mandatori defisit anggaran di bawah 3 persen sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

“Ini menggambarkan APBN segera menyehatkan diri untuk selalu siap di dalam menjaga perekonomian dan masyarakat,” tegas Menkeu.

Untuk diketahui, realisasi defisit anggaran pada 2021 adalah sebesar Rp775,1 triliun. Sedangkan defisit pada 2020 sebesar Rp947,7 triliun, dan defisit 2019 sebelum pandemi sebesar Rp348,7 triliun.