Bagikan:

JAKARTA - Indonesia akan memasuki tahun politik pada 2023. Konsumsi domestik pun diprediksi akan mengalami peningkatan signifikan pada tahun tersebut.

Pengeluaran pemerintah disebut-sebut menjadi salah satu penyokong perekonomian, terutama melalui belanja-belanja populis, seperti pencairan bantuan sosial (bansos) dan subsidi.

Hal tersebut dikemukakan oleh Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, dalam Webinar "Momentum Konsolidasi Ekonomi & Politik" Business Challenges 2023 secara daring, Kamis, 15 Desember.

Bhima mengatakan sejumlah sektor ekonomi seolah-olah menantikan pesta demokrasi setiap lima tahun lantaran akan memberikan dampak pertumbuhan ekonomi yang pesat.

Belanja pemerintah menjelang pemilu akan mendorong aktivitas ekonomi domestik, sehingga menopang pertumbuhan ekonomi.

"Dari segi pertumbuhan, belanja pemerintah lebih tinggi satu tahun sebelumnya (dari pelaksanaan pemilu), misalnya pada 2014 waktu itu dan 2018 satu tahun sebelum 2019, pertumbuhannya di atas 4 persen," katanya, pada Kamis, 15 Desember.

Menurut Bhima, pertumbuhan belanja pemerintah akan semakin tinggi pada tahun pelaksanaan pemilu.

Nantinya, peningkatan akan terjadi baik dalam belanja pelaksanaan pemilu, maupun aspek lain yang berkaitan, sehingga konsumsi rumah tangga cenderung tumbuh di atas lima persen.

"Ada kecenderungan belanja itu bersifat lebih populis, pencairannya lebih cepat, dan beberapa serapan anggaran terkait dengan bansos, subsidi, itu biasanya meningkat sebelum adanya event politik," ujarnya.

Ia menyebutkan, sektor-sektor dari segi pengeluaran yang tumbuh pesat justru merupakan pengeluaran selain rumah tangga.

Beberapa jenis belanja itu, yakni terkait belanja partai politik, lembaga survei, konsultan, dan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu.

Hal itu terlihat dari pergerakan belanja kelompok lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT).

Pada kuartal I-2014 atau satu tahun sebelum penyelenggaraan pemilu 2015, LNPRT tercatat tumbuh 23,1 persen (year-on-year/yoy).

Kondisi serupa terjadi pada kuartal IV-2018, yakni LNPRT tumbuh hingga 10,8 persen.

Pertumbuhannya semakin signifikan pada kuartal I-2019, yaitu mencapai 16,9 persen (yoy).

"Meskipun kontribusi LNPR ini relatif kecil, tetapi memang menandakan bahwa banyak sektor yang bertahap lima tahun sekali itu, terjadi saat pemilu effect yang membuat serapan tenaga kerja di beberapa sektor meningkat," imbuh Bhima.