JAKARTA - Head of Research DBS Group Maynard Arif memperkirakan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan tetap positif atau mencapai 7.700 dalam skenario dasar.
“Dari sisi makronya kita melihat bahwa kenaikan suku bunga akan melambat dan rupiah akan lebih baik performanya di 2023 dibanding di 2022,” kata Maynard dalam Group Interview yang dikutip Antara, Selasa 6 Desember.
Dalam skenario yang lebih optimis, IHSG diprediksi bisa mencapai 8.200 sampai 8.300, tapi untuk mencapai nilai ini, suku bunga acuan bank sentral perlu diturunkan dan harga komoditas perlu tetap tinggi.
“Untuk base case, kita melihat sementara ini, dari kebijakan suku bunga, The Fed akan menahan dan tidak mengurangi suku bunga di 2023. Harga komoditas akan ada kecenderungan terkoreksi sedikit, tapi tetap lebih baik dari 2021,” imbuhnya.
BACA JUGA:
Pelonggaran kegiatan masyarakat karena pengendalian COVID-19 yang lebih baik, serta dimulainya berbagai kampanye menjelang pemilu pada 2024 juga menjadi faktor yang membuat kinerja IHSG dan perekonomian nasional tetap positif.
“Ketika tahun pemilu, performa IHSG biasanya cukup bagus, meski di 2019 tidak terlalu bagus, tapi masih tetap positif. Ini diharap jadi faktor pendorong IHSG di semester II 2023,” ucapnya.
Ia memperkirakan pada 2023 kinerja perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan tetap positif dengan laba per saham (Earning per Share/EPS) tumbuh rata-rata 4 persen atau lebih rendah dari pertumbuhan pada 2022 yang sekitar 36 persen.
Pertumbuhan EPS perusahaan Indonesia di 2023 juga lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan EPS perusahaan di negara lain karena pada 2022 pertumbuhan EPS perusahaan Indonesia sudah cukup tinggi dibandingkan negara lain.
“harus diingat, ini efek performa yang cukup bagus di 2022. Kita naik cukup tinggi dari sisi kinerja perusahaan yang listing di bursa efek. Kenaikan kita paling bagus di antara negara Asean dan negara maju. Tapi pertumbuhan masih akan terjadi di 2023,” katanya.