Bagikan:

JAKARTA - PT RMK Energy Tbk (RMKE) optimistis permintaan batu bara masih tinggi ke depannya di tengah isu transisi energi.

Direktur Utama Perseroan, Tony Saputra mengatakan, energy security menjadi peluang bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri maupun luar negeri.

"Kenyataannya sampai hari ini green energy memang ada dan bakal berjalan dan butuh waktu yang cukup lama dan juga kesiapannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sampai hari ini batu bara masih energi yang berjalan cukup baik dengan biaya yang murah," ujarnya di Jakarta, Selasa, 22 November.

Menurutnya, dengan krisis energi global ini yang terjadi saat ini, justru negara barat yang menggaungkan energi bersih kembali menggunakan batu bara sebagai salah satu sumber energinya.

Misalnya, Jerman yang kembali meminta pasokan batu bara dari Indonesia akibat keterbatasan pasokan gas dari Rusia yang masih bersitegang dengan Ukraina.

"Jadi ke depan, mungkin 5 sampai 10 tahun batu bara masih cukup dibutuhkan untuk energi pembangkit listrik dan industri," lanjutnya.

Sementara terkait harga batu bara, Tony memperkirakan harga batu bara ke depannya akan terus mengalami kenaikan dan penurunan sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan bahan baku.

Meski demikian, ia yakin kebutuhan akan batu bara ke depannya akan terus meningkat.

"Kebutuhan energi makin tahun bukan makin berkurang malah semakin banyak. Sedangkan di sisi produksi juga mengalami kendala misalnya cuaca dan pembelian alat berat yang juga saat ini sulit meskipun punya uang," lanjutnya.

Ia menambahkan, tahun ini RMKE menargetkan angkutan batubara sebesar 7,82 juta ton dan telah tercapai 69,80 persen.

Untuk segmen penjualan batu bara manajemen menargetkan volume sebesar 2,26 juta ton di mana 50 persen target tersebut berasal dari tambang in-house PT Truba Bara Banyu Enim.

Hingga September 2022, volume penjualan batu bara telah mencapai 1,62 juta ton atau telah mencapai 71,78 persen target tahun ini.

Tak hanya itu, pada tahun ini perusahaan menargetkan pendapatan usaha sebesar Rp2,5 triliun dan laba usaha sebesar Rp375,40 miliar.

"Hingga September 2022 telah tercapai masing-masing sebesar 76,92 persen dan 78,95 persen," pungkasnya.