Bagikan:

JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, capaian pertumbuhan ekonomi di kuartal III sebesar 5,72 persen benar-benar di luar prediksi dan patut diapresiasi.

“Saya kira pada kuartal III, faktor best year effort sangat besar. Pada saat itu kita mengalami lompatan mobility index, dari negatif sekarang sudah cukup tinggi,“ ujar Tauhid, Selasa 8 November, malam.

Dengan keberhasilan pemerintah menangani pandemi, lanjut Tauhid, masyarakat bergerak juga mengekor pada pergerakkan ekonomi. Menurutnya, ada dua sektor pendorong pertumbuhan ekonomi, yaitu transportasi dan pergudangan.

"Di mana wisatawan mulai masuk dan kebutuhan belanja terus meningkat," katanya.

Meski begitu, Tauhid mengingatkan adanya tantangan di kuartal IV yang diprediksi akan lebih berat.

"Best year effect sudah tidak terasa, sehingga dampak kenaikan harga mulai dirasakan masyarakat,“ kata Tauhid.

Indef sendiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen di Kuartal IV mendatang.

Jika pemerintah ingin kembali mencetak rekor, ada tiga yang bisa dilakukan. Pertama, mempercepat belanja modal dan barang.

"Perlu ada terobosan yang cukup strategis, dengan waktu yang sangat terbatas dalam dua bulan bisa diselesaikan, kalau tidak sangat sia-sia SILPA yang besar tidak berarti pada masyarakat yang membutuhkan,” kata Tauhid.

Kedua, penyesuaian yang lebih moderat suku bunga Bank Indonesia mengikuti perkembangan inflasi yang sangat terpengaruh kondisi global.

“Yang terakhir, agar memang perlambatan ekonomi tidak terjadi, maka perlu penguatan pasar domestik untuk berbagai produk-produk yang memiliki daya saing di pasar global dan mempercepat industri substitusi impor di tengah kuatnya arus importasi beragam produk industri,” tandas Tauhid.

Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, mengatakan pemulihan ekonomi domestik terus bergerak cepat di tengah perlambatan ekonomi global yang sedang berlangsung.

Hal ini terlihat dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terkini yang mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal III mencapai 5,72 persen.

“Berbagai upaya ini diharapkan bisa menjadi langkah kita untuk menghindari resesi global di tahun 2023. OECD, IMF, EDB, dan World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 4,8-5,1 persen, artinya beberapa lembaga juga sepakat dengan Indonesia bahwa Indonesia bisa menjadi the bright spot in the dark. Jadi masih bisa keluar dari resesi di tahun depan,” kata Menko Airlangga.