Bagikan:

JAKARTA - Rencana penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO) PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), telah memasuki fase finalisasi. Adapun rencana IPO anak perusahaan PT Pertamina melalui PT Pertamina Power Indonesia dan PT Pertamina Pedeve Indonesia ini sudah dibidik sejak tahun lalu.

Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina Power Indonesia Fadli Rahman mengungkapkan, PGE masih menjalani tahap finalisasi untuk bisa catatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun depan.

"Kan kita sudah siapakan tahun lalu ya, jadi ini lagi ditunggu, sudah dalam tahap finalisasi, banyak detail-detail yang perlu disesuaikan. Jadi ini yang lagi berproses lah," kata dia saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa 8 November.

Namun sayangnya, Fadli belum bisa berbicara banyak tentang detail proses IPO tersebut sampai waktu yang diperbolehkan oleh regulator. Termasuk soal kepastian kapan pelaksanaan IPO.

"Saya tidak bisa menyampaikan lebih dari itu sampai betul-betul diumumkan karena hal yang betul yang harus disesuaikan," tuturnya.

Meski begitu, Fadli sedikit memberi bocoran bahwa sudah ada investor yang berminat untuk masuk melalui IPO tersebut. Namun, Fadli tidak memberikan detail mengenai siapa investor yang dimaksud.

"PGE ada siap-siap unlock value, saya sedang betul-betul berdoa bisa closing dalam waktu dekat, ada beberapa anchor investor yang terlibat sudah finalisasi diskusi, mudah-mudahan bisa ketemu dan diumumkan dalam waktu dekat," ujar dia.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menugaskan Pertamina melalui PGE untuk meningkatkan bisnisnya di sektor panas bumi atau (geothermal). Pasalnya, potensi energi tersebut sangat besar namun belum banyak dimanfaatkan.

Potensi energi panas bumi ini perlu pengembangan lebih lanjut. Karena itu, dalam waktu dekat Erick berencana untuk mencari dana tambahan melalui penghimpunan dana publik di BEI.

"Kita berupaya agar PGE bisa mendapatkan akses dana tambahan untuk pengembangan panas bumi, salah satunya dengan go public," ungkap Erick dalam gelaran Forum Road to G20 dengan Himpuni, Selasa 25 Oktober.

Dikatakan Erick, pemanfaatan sektor geothermal dalam negeri perlu dilakukan secara maksimal. Upaya ini sekaligus mendorong realisasi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.

Erick mencatat, potensi panas bumi bisa menyediakan listrik hingga mencapai 24 GW, sementara saat ini baru mencapai 2 GW saja. Karena itu, memaksimalkan panas bumi tidak bisa lagi ditunda dan harus segera direalisasikan.

Lebih lanjut, Erick juga berencana menggabungkan tiga BUMN yang mengelola panas bumi yakni PLN, Pertamina, dan Star Energy Geothermal. Tujuannya agar pengembangan energi geothermal bisa semakin optimal demi mendongkrak pemanfaatan EBT di Tanah Air.

"Saya sih inginnya dari awal ini di-merger supaya jadi satu kesatuan. Ngapain pemerintah punya perusahaan beda-beda," tuturnya.