Berkapasitas 40.000 Ton Crude Tin, Smelter PT Timah Telah Investasi Rp1,2 Triliun
Presiden Jokowi saat mengunjungi smelter Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace di Muntok Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

BANGKA BELITUNG - PT Timah Tbk mengeluarkan investasi Rp1,2 triliun untuk pembangunan smelter Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace di Muntok Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, guna meningkatkan efektifitas produksi dengan proses pengolahan yang lebih efisien.

"Smelter ini mampu mengolah konsentrat bijih timah dengan kadar rendah mulai dari 40 persen Sn," kata Direktur Utama PT Timah Tbk Achmad Ardianto saat mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau pembangunan smelter TSL Ausmelt Furnace dikutip Antara, Kamis 20 Oktober.

Ia mengatakan investasi pembangunan smelter TSL Ausmelt Furnace yang mencapai Rp1,2 triliun berasal dari anggaran capital expenditure (capex) perusahaan, untuk menjawab tantangan yang dihadapi industri pertambangan timah.

"Saat ini tantangan industri pertambangan timah yaitu ketersediaan biji timah dengan kadar tinggi atau di atas 70 persen Sn sudah terbatas," ujarnya.

Menurut dia, sistem kerja TSL Ausmelt Furnace ini dilaksanakan dengan proses otomasi dengan sistem kontrol, sehingga bisa mengurangi dampak risiko kecelakaan kerja dan juga efektifitas kerja dengan teknologi pengolahan timah yang lebih modern.

"Smelter TSL Ausmelt Furnace akan mengolah konsentrat bijih timah dengan kadar rendah dengan kapasitas produksi 40.000 ton crude tin per tahun atau 35.000 metrik ton ingot per tahun," katanya.

Ia menyebutkan pembangunan smelter ini merupakan salah satu proyek strategis dari induk BUMN tambang, MIND ID. Dimana direncanakan proyek ini akan mulai di commisioning kan pada Kuartal IV Tahun 2022.

"Kami berharap dengan adanya smelter baru ini tidak hanya mendorong hilirsasi timah, tetapi juga meningkatkan perekonomian masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan lebih besar di lingkungan operasional perusahaan milik negara ini," katanya.