JAKARTA – Pemerintah melalui Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan pengalaman Indonesia dalam menangani pandemi COVID-19 perlu untuk diabadikan karena akan menjadi salah satu pelajaran penting di masa depan.
Hal itu disampaikan Menkeu pada grand launching buku “Keeping Indonesia Safe from The COVID-19 Pandemic” yang diselenggarakan di Washington DC, Amerika Serikat pada Selasa waktu setempat.
Menurut dia, pemerintah telah mengumpulkan dan mengkurasi, melestarikan pengetahuan serta pengalaman sehingga dapat disajikan dalam bentuk literasi.
“Ini adalah warisan untuk generasi muda pengambil kebijakan berikutnya, akademisi, dan pembuat kebijakan Indonesia, juga dengan negara lain. Karena menurut saya, apa yang sebenarnya kita alami dan kita lakukan sangat relevan dengan banyak negara,” ujarnya seperti yang dilansir laman resmi pada Rabu, 12 Oktober.
Menkeu menambahkan, pandemi merupakan situasi extraordinary karena menciptakan implikasi yang luar biasa bagi kehidupan. Kata dia, pemerintah harus memikirkan efek domino dari pandemi tersebut yang semula merupakan masalah kesehatan, kemudian merembet menjadi masalah sosial, ekonomi, hingga berpotensi berdampak pada sisi finansial.
“Ini bukan hanya kejutan yang menuntut kita untuk berpikir dan merancang kebijakan, seperti pada krisis keuangan 1997-1998 atau krisis keuangan global 2008-2009. Fokus kita sebagai pembuat kebijakan adalah benar-benar memahami apa itu krisis itu sendiri dan konsekuensinya dalam hal efek domino dari korporasi, sektor keuangan, hingga ekonomi,” tutur dia.
Untuk menghadapi pandemi tersebut, sambungnya, pemerintah mempelajari bagaimana menggunakan kebijakan fiskal dengan melihat buku pedoman ketika menghadapi krisis keuangan 1997-1998 maupun krisis keuangan global 2008-2009.
“Beberapa di antaranya sebenarnya masih relevan ketika kita dalam posisi merancang untuk kesiapsiagaan pandemi ini. Tetapi banyak lainnya yang sebenarnya benar-benar baru bagi kami,” tegas Menkeu.
BACA JUGA:
Bendahara negara pun berharap dokumentasi pengalaman dalam menghadapi pandemi COVID-19 di buku ini sebagai pedoman untuk generasi selanjutnya.
“Sebab guncangan apa pun yang akan dan terus terjadi pada ekonomi akan benar-benar dihadapi, sama seperti hari ini ketika kita mengalami banyak krisis pangan dan energi global,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Menkeu menjelaskan penulis buku tersebut bukan hanya pengambil kebijakan di lingkungan Kementerian Keuangan, tetapi juga melibatkan pihak lain, seperti akademisi. Buku tersebut disusun dengan melihat kebijakan, data, dan informasi berdasarkan bukti.
“Kebijakan berbasis data dan juga mengevaluasi, meninjau kebijakan kami, dan juga melihat apa yang benar, apa yang salah, dan apa yang harus dan dapat diperbaiki, apakah kebijakan itu benar-benar efektif atau tidak,” terangnya.
“Jika tidak, maka koreksi seperti apa yang bisa kita lakukan. Apakah ini masalah data, apakah ini masalah desain, apakah ini masalah kebijakan itu sendiri atau instrumennya. Jadi, ini adalah peningkatan interaktif dan berkelanjutan yang sangat baik oleh kita semua,” tutup Menkeu Sri Mulyani.