Bagikan:

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menjelaskan bahwa Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada persoalan baru atas keberlanjutan ketahanan pangan untuk periode 2023. Pasalnya, wilayah RI berpotensi untuk terkena fenomena cuaca La Nina dan El Nino pada tahun depan.

Sri Mulyani menyebut hal ini berbanding terbalik dengan beberapa tahun belakangan saat kondisi cuaca sangat mendukung sektor pertanian. Alhasil, Indonesia cenderung mampu untuk menjaga ketahanan pangan dalam level yang aman.

“Tahun depan ini sudah ada perkiraan tentang cuaca kalau akan terjadi La Nina dan El Nino. Fenomena ini harus menjadi pertimbangan dan kita juga perlu untuk melihat dari sisi siklus kenaikan produktivitas pertanian," ujarnya saat menghadiri rapat dengan Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 31 Agustus.

Menurut Sri Mulyani, pemerintah sejatinya telah menjalankan sejumlah kebijakan untuk mendukung sektor pangan nasional.

Hanya saja, bendahara negara menyebut jika faktor cuaca merupakan sisi lain yang tidak bisa dikendalikan sehingga persiapan yang baik menjadi satu-satunya opsi pilihan.

“Kita terus melakukan investasi di ketahanan pangan. Semoga bisa meng-offset risiko yang berasal dari faktor yang tidak bisa dikendalikan seperti cuaca,” tegas dia.

Lebih lanjut, Menkeu mengungkapkan, jika dampak negatif dari La Nina dan El Nino telah lebih dulu terjadi di beberapa negara.

Bahkan, fenomena anomali cuaca itu ditengarai menjadi penyebab utama ketidakberhasilan upaya budidaya pertanian.

“Memang 2023 cuaca akan menjadi faktor yang sangat dominan. Ini terlihat dari negara Brazil yang tiba-tiba mengalami kekeringan dan kemudian gagal panen pada tahun ini. Demikian juga untuk Kanada dan beberapa negara yang lain. Mereka sudah terkena siklus seperti itu pada akhir 2021 dan pertengahan 2022. Pertanyaannya, apakan akan menghantam Indonesia pada 2023?” tutup Menkeu Sri Mulyani.