JAKARTA - Tidak lama lagi Indonesia akan memasuki musim panas, namun menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika musim panas tersebut akan berakhir dengan cepat. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan Indonesia akan mengalami La Nina setelah El Nino menjadi netral di bulan Mei hingga Juni. Berakhirnya El Nino membuat suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan. National Oceanic and Atmospheric Administration juga menjelaskan jika selama beberapa bulan terakhir El Nino melemah.
La Nina membuat Indonesia menjadi lebih basah, karena hujan akan lebih sering terjadi hingga menimbulkan risiko banjir, suhu udara lebih rendah di siang hari, hingga banyak badai tropis. Fenomena La Nina yang menyebabkan peningkatan curah hujan di berbagai wilayah dan diyakini akan berdampak pada komoditas pangan. Badai El Nino tahun lalu membuat produksi beras dan gabah menurun, hingga memaksa Indonesia mengimpor beras dalam jumlah besar.
El Nino ikut berperan dalam meroketnya harga beras belakangan ini yang sempat menembus angka Rp19.000 per kg. Begitu juga dengan potensi La Nina yang diyakini akan berdampak pada sektor pertanian, terutama produk hortikultura seperti cabai, bawang merah, hingga tomat. Selain risiko gagal panen, banjir juga bisa mengganggu distribusi pangan, karena jalanan yang tidak bisa diakses. Tersendatnya pengiriman membuat stok di pasar berkurang sehingga pedagang menjual dengan harga tinggi. Simak videonya berikut ini.