JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani kembali memberi keterangan terbaru soal kondisi anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang kian tiris.
Salah satu yang menjadi fokus perhatiannya adalah pola konsumsi solar yang jauh melebihi perkiraan awal pemerintah.
Dalam catatan Menkeu, hingga Juli 2022 serapan bahan bakar diesel tersebut telah mencapai 9,98 juta kiloliter. Padahal alokasi yang disediakan pemerintah hingga akhir tahun hanya sebatas 15,1 juta kiloliter.
“Kalau ikuti tren yang ada solar akan habis di Oktober nanti,” ujarnya saat menghadiri rapat DPD RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat, 25 Agustus.
Menurut Menkeu, melesatnya tingkat konsumsi tidak luput dari pelonggaran mobilitas yang membuat kegiatan ekonomi pulih lebih cepat.
Alhasil, kebutuhan akan sumber daya energi juga turut melonjak.
Secara terperinci, bendahara negara menerangkan jika penggunaan solar bersubsidi paling banyak digunakan oleh empat golongan masyarakat teratas alias orang kaya.
“Solar dari Rp143 triliun yang kita subsidi, itu 89 persennya atau Rp127 triliun yang menikmati adalah dunia usaha dan orang kaya,” tegas dia.
BACA JUGA:
Sehingga, apabila pemerintah menempuh langkah penambahan bujet subsidi BBM, maka target sasaran menjadi kurang efektif.
“Ya ini risikonya kalau subsidi melalui barang (seperti BBM) maka kita mensubsidi orang mampu. Memang ada orang miskin yang menikmati tapi tadi porsinya kecil sekali. Ini perlu kita pikirkan. Kalau kita tambah (lagi subsidi) ratusan triliun berarti kita menambah (subsidi) yang sudah mampu, sedangkan dananya terbatas,” jelas Menkeu.
Sebagai informasi, dalam Undang-Undang APBN 2022 ditetapkan nilai subsidi serta kompensasi di tahun ini adalah sebesar Rp158 triliun.
Angka tersebut kemudian melonjak menjadi Rp502 triliun dengan persetujuan DPR, seiring dengan melesatnya harga berbagai komoditas energi dunia.