Harga Pertalite dan Solar Jika Tidak Disubsidi Selisih Jauh, Sri Mulyani Banding-bandingkan Anggaran Subsidi
Ilustrasi harga solar dan pertalite (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

YOGYAKARTA - Kebijakan terkait kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sampai saat ini masih digodok oleh pemerintah. Pemerintah memberikan program subsidi BBM untuk membantu meringankan beban perekenomian masyarakat miskin. Lantas berapa harga pertalite dan solar jika tidak disubsidi?

Wacana kenaikan harga BBM mulai 1 September 2022 tengah menjadi sorotan masyarakat. Harga BBM subsidi pertalite dan solar dinilai perlu disesuaikan dengan harga minyak dunia. Sebab jika tidak disesuaikan hal ini mungkin menyebabkan anggaran subsidi membengkak.

Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, mengungkapkan Harga Jual Eceran (HJE) BBM bersubsidi saat ini jauh lebih murah dibandingkan dengan harga BBM yang seharusnya. Menkeu mengatakan anggaran subsidi dan kompensasi telah ditambah menjadi Rp502,4T, lebih tinggi dari anggaran sebelumnya.

Harga Solar dan Pertalite Jika Tidak Disubsidi

Sri Mulyani mengungkapkan harga pertalite yang dijual oleh SPBU Pertamina yakni Rp7.650 per liter, jauh di bawah harga asli. Harga Pertalite Sleeping atau seharusnya yaitu Rp14.450 per liter berdasarkan harga keekonomiannya. 

Dengan adanya program subsidi BBM, masyarakat mendapat subsidi pertalite sebesar 47,1 persen atau selisih Rp6.800 per liter dari harga merayakan. 

"Harga Pertalite sekarang ini, rakyat setiap liternya mendapatkan subsidi 53 persen atau Rp 6.800 setiap liter yang dibeli," ujar Sri Mulyani dilansir dari Antara, Sabtu (27/8/2022).

Sementara itu, harga solar yang dijual juga dinilai masih jauh dari harga asli keekonomiannya. Harga jual solar saat ini Rp5.150 per liter. Untuk harga Songing sendiri sebesar Rp13.950 per liter. 

Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan bahwa masyarakat dan seluruh perekonomian menerima subsidi solar sebesar Rp8.800 per liter dari harga Tidur atau sebesar 63 persen. 

Anggaran Dana Subsidi BBM Tahun 2022

Alokasi anggaran subsidi dan kompensasi energi yang disalurkan oleh pemerintah dalam APBN 2022 mencapai Rp502,4 triliun. Anggaran tersebut dialokasikan ke dalam tiga sektor yaitu BBM, LPG, dan Listrik.

Anggaran untuk subsidi BBM dan LPG mencapai Rp149,9 trilun. Sementara itu subsidi listrik sebesar Rp59,6 triliun. Anggaran kompensasi BBM sebesar Rp252, triliun dan kompensasi listrik sejumlah Rp41,0 triliun.

Namun jumlah tersebut masih mungkin membengkak sebesar Rp689 triliun atau mengalami kenaikan sebesar Rp195,6 triliun. Peningkatan anggaran ini dapat melambung jika tingkat konsumsi mengalami peningkatan.

Sri Mulyani Bandingkan Anggaran Subsidi Kenergian dengan Pembangunan 

Menkeu menyampaikan komentarnya sekaligus kritikan mengenai jumlah anggaran subsidi dan kompensasi sebesar Rp502,4 triliun. Ia mengatakan total anggaran subsidi energi dapat digunakan untuk pembiayaan banyak bentuk pembangunan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas dan lebih tepat sasaran. 

Sri Mulyani membandingkan nominal anggaran tersebut setara dengan pembangunan 3.333 rumah sakit (RS). Penyataan ini ia sampaikan lewat akun Instagram pribadinya dalam bentuk infografis. 

"Kalau Menteri Kesehatan sekarang meminta anggaran agar kita bisa membangun rumah sakit, ini bisa sampai ke seluruh pelosok," kata Sri Mulyani.

Dalam infografis tersebut, Sri Mulyani juga menggambarkan bahwa dana besar tersebut juga setara dengan pembangunan 227.886 Sekolah Dasar dengan biaya pembangunan per SD sejumlah Rp2,19 miliar. Pengalokasian seperti akan sangat bermanfaat bagi masyarakat, terutama bagi daerah yang di wilayahnya belum memiliki SD.

Ia juga menyebutkan anggaran dana tersebut setara dengan pembangunan 3,501 ruas tol dengan pembangunan Rp142,8 miliar per kilometernya. Dana tersebut juga setara dengan anggaran pengerjaan Tol di Sumatera yang belum tersambung secara penuh. 

Selain itu, dana jumbo tersebut juga sebanding dengan pembangunan 41.666 pusar kesehatan masyarakat (Puskesmas) dengan biaya per unitnya sebsar Rp12 miliar. Manfaat dari pembangunan ini lebih dapat dirasakan oleh masyarakat, khususnya bagi yang tinggal di daerah 3T (Tertinggal, Terluar, dan Terdepan).

Itu tadi harga pertalite dan solar jika disubsidi, serta besaran total anggaran subsidi keenergian tahun 2022. Sri Mulyani ingin agar kebijakan subsidi energi disesuaikan agar tidak lebih bermanfaat bagi masyarakat. 

Ikuti terus berita dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI Sumsel . Kami menghadirkan berita Sumatera Selatan terkini dan terlengkap untuk Anda.