Kredit Loyo Akibat Suku Bunga Naik? Tenang, BI Siapkan Insentif Ini untuk Perbankan Nasional
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) telah menyiapkan strategi untuk tetap mendorong kredit perbankan di tengah kenaikan suku bunga acuan baru-baru ini.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pihaknya mengimplementasikan kebijakan insentif bagi bank yang menyalurkan kredit/pembiayaan kepada sektor prioritas dan UMKM atau bisa memenuhi target Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) berlaku 1 September 2022.

“Peningkatan besaran insentif kepada sektor prioritas menjadi maksimum 1,5 persen dari sebelumnya paling besar 0,5 persen, dan insentif pencapaian RPIM tetap paling besar 0,5 persen,” ujar dia dikutip Rabu, 24 Agustus.

Selain itu, Perry menyampaikan juga perluasan cakupan subsektor prioritas dari 38 subsektor prioritas menjadi 46 subsektor prioritas.

“Bank Indonesia akan terus mendorong kredit/pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, ekspor, serta inklusi ekonomi dan keuangan,” tuturnya.

Sebagai informasi, pertumbuhan kredit pada Juli 2022 tercatat sebesar 10,7 persen year on year (yoy),ditopang oleh peningkatan di seluruh jenis kredit dan pada sebagian besar sektor ekonomi.

Perry mengungkapkan jika pemulihan intermediasi terjadi pula di perbankan syariah dengan pertumbuhan pembiayaan sebesar 15,2 persen.

“Dari sisi penawaran, berlanjutnya perbaikan intermediasi didukung oleh standar penyaluran kredit perbankan yang tetap longgar, terutama di sektor industri, pertanian dan perdagangan seiring membaiknya appetite penyaluran kredit,” tegas dia.

Kemudian, dari sisi permintaan peningkatan intermediasi ditopang oleh pemulihan kinerja korporasi yang terus berlanjut, tercermin dari tingkat penjualan dan belanja modal yang tetap tumbuh tinggi, terutama di sektor pertanian, pertambangan, industri, dan perdagangan.

“Konsumsi dan investasi rumah tangga yang membaik sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan optimisme konsumen juga mendukung peningkatan permintaan kredit perbankan,” tutup Perry.