Momen Epic Sri Mulyani Bertemu Janet Yellen di Bali, Bicara Ekonomi Dunia Hingga Krisis Perang
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) ketika bertemu Menteri Keuangan AS Janet Yellen (Foto: Dok. Kemenkeu)

Bagikan:

JAKARTA - Agenda pertemuan G20 selalu memberi kesempatan kepada para tokoh dunia untuk dapat bertemu dan saling berbagi informasi terkait situasi kekinian.

Dalam rangkaian acara Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 (3rd Finance Ministers and Central Bank Governors/FMCBG) yang telah usai pada akhir pekan lalu di Bali, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani berjumpa secara fisik dengan koleganya dari Amerika Serikat (AS), yakni Janet Yellen.

Bagi kalangan ekonom, nama Janet Yellen bisa dipastikan sudah cukup akrab di telinga mereka. Bagaimana tidak, perempuan yang 75 tahun itu merupakan Menteri Keuangan AS saat ini. Yellen juga sebelumnya adalah Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve.

Penulis pernah mendapat gambaran menarik dari seorang teman tentang sosok bernama lengkap Janet Louise Yellen itu.

“Bahkan ketika Yellen ‘bersin’ saja, itu bisa mempengaruhi pasar keuangan di seluruh dunia,” ujar kawan menceritakan Janet Yellen yang ketika itu masih menjabat Gubernur The Fed.

Lantas apa saja yang dibicarakan oleh kedua bendahara negara ini?

Mengutip siaran Kementerian Keuangan diketahui bahwa Menkeu Sri Mulyani dan Menkeu Yellen terlibat diskusi terkait isu lingkungan, pangan, energi, dan pemulihan ekonomi dunia pasca COVID-19.

Kata sumber tersebut, mereka sepakat untuk menggarisbawahi konsekuensi isu geopolitik yang belum mengalami de-eskalasi menjadi penyebab krisis pangan dan energi yang sedang terjadi.

“Hal ini mengingat berbagai dampak yang ditimbulkan oleh konflik di Ukraina menjadi salah satu pemicu terus melambungnya harga energi dunia dan menyebabkan munculnya tantangan pada perekonomian global,” ujar Menkeu Sri Mulyani.

Untuk mengatasi hal tersebut, berbagai opsi kebijakan perlu didiskusikan agar pasokan minyak dunia tetap terjaga dan harga minyak dunia dapat kembali kepada level sebelum konflik.

“Penanganan krisis pangan dan energi di dunia harus diakselerasi karena sejatinya siapapun berhak untuk mengakses makanan dan energi secara terjangkau,” tutur dia.

Menkeu Sri Mulyani juga menegaskan bahwa hasil dari Pertemuan Ketiga FMCBG akan dikomunikasikan dengan baik kepada masyarakat dunia. Upaya ini selaras dengan semangat Presidensi G20 Indonesia untuk terus bekerja keras dan berkontribusi dalam menangani berbagai permasalahan utama di dunia.

“Indonesia terus memberikan bukti nyata atas signifikansi dan relevansi peran G20 untuk mencapai pemulihan ekonomi global secara bersama, sejalan dengan arah tema Presidensi G20 Indonesia: Recover Together, Recover Stronger,” tutup Menkeu Sri Mulyani.