Bagikan:

JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani angkat bicara soal potensi gagal bayar utang Amerika Serikat (AS) yang kini tengah menjadi sorotan para ekonom dunia. Hal itu dia sampaikan saat menjawab pertanyaan wartawan dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta awal pekan ini.

“Amerika sekarang sedang dihadapkan adanya defisit atau gap dari utang yang belum mengalami settle antara kongres dengan pemerintah. Hal ini lantas memberi ketidakpastian pada fiskal policy-nya,” ujar dia dikutip Selasa, 9 Mai.

Menkeu sendiri menilai situasi yang terjadi di negara adidaya itu lebih kepada dinamika politik yang sedang berlangsung. Malahan, Sri Mulyani berkeyakinan AS mampu memenuhi kewajiban tersebut.

“Itu dinamika politik sebenarnya. Amerika bisa bayar utangnya kalau debt ceiling -nya (pagu utang) dibuka. Tetapi untuk membuka debt ceiling itu perlu proses politik,” tuturnya.

Dia pun memastikan jika kondisi perekonomian AS itu tidak sampai memberikan ekses negatif bagi kegiatan produktif di Tanah Air.

“Sampai sekarang kalau kita lihat tidak ada pengaruh terhadap perekonomian Indonesia, terutama pasar yang belum memberikan sinyal,” tegas Menkeu.

Berdasarkan informasi yang dihimpun redaksi, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengungkapkan jika negaranya berpotensi mengalami gagal bayar (default) atas utang sebesar 31,4 triliun dolar AS. Informasi itu dia sampaikan kepada ketua parlemen di awal bulan ini.

Menurut Yellen, jika kongres tidak menyetujui usulan kebijakan fiskal strategis yang disodorkan pemerintah maka ada potensi default akan benar-benar terjadi pada 1 Juni mendatang.