JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa perekonomian Indonesia dalam kondisi baik dari beberapa sisi, seperti kinerja ekonomi dan juga sisi pertumbuhan. Indikator itu tercermin dalam neraca pembayaran yang mengalami surplus perdagangan selama 26 bulan berturut-turut, dan inflasi yang berada di bawah 5 persen.
Demikian yang disampaikan Menkeu ketika mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menerima delegasi Dana Moneter Internasional (IMF) di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat akhir pekan kemarin.
“Paling penting yaitu sinkronisasi dan kerja sama kebijakan moneter fiskal dari Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan untuk bisa menjaga untuk tetap bekerja secara harmonis karena ini akan membantu menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia," ujarnya dalam keterangan pers dikutip Senin, 18 Juli.
Menurut Menkeu, dalam pertemuan tersebut Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia atas penanganan pandemi di dalam negeri.
"Selanjutnya kita tentu berharap kondisi Indonesia yang membaik ini tetap dijaga karena nanti Bapak Presiden akan menjadi tuan rumah (KTT G20) pada bulan November," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa dalam pertemuan tersebut Presiden menyampaikan sejumlah hal kepada IMF mengenai situasi perekonomian di Indonesia.
BACA JUGA:
"Ekonomi Indonesia relatif sedang baik. Kita punya debt to GDP ratio sekitar 42 persen, defisit masih sekitar 4 persen dan balance of trade 26 bulan positif terus. Selain itu, Indonesia punya cadangan devisa sebesar 135 miliar dolar AS," kata Menko Airlangga.
Dia juga menjelaskan bahwa situasi perekonomian ini membuat potensi resesi lebih kecil jika dibandingkan negara lain yaitu sekitar 3 persen. Meski demikian, pemerintah berharap IMF akan terus mendukung dan memberikan narasi positif terhadap perekonomian Indonesia terutama dalam menghadapi krisis global.
"Kita sangat mengkhawatirkan dengan kondisi inflasi yang naik di berbagai negara. Tingkat suku bunga akan masuk rezim baru yaitu kenaikan tingkat suku bunga global dan tentu sangat mempengaruhi terhadap investasi yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia," ungkapnya.
Selain Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, turut hadir pula Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan, dan Representatif Senior IMF untuk Indonesia James Walsh.