Bagikan:

JAKARTA - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membeberkan rencana perusahaannya untuk membangun tiga proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel baru di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.

Pembangunan smelter baru itu untuk menggenjot produksi nikel sebanyak tiga kali lipat hingga tahun 2025.

Direktur Utama Vale Indonesia Febriany Eddy menjelaskan, proyek ekspansi smelter nikel Sorowako, Sulawesi Selatan, nantinya akan memproduksi puluhan ribu ton feronikel.

"Di Sorowako saat ini sudah ada dan kami akan membentuk pabrik baru yang akan memproduksi 73.000 ton dalam bentuk feronikel," ujar Febriany dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Selasa, 5 Juli.

Febriany mengatakan, proyek ekspansi smelter nikel Sorowako saat ini sudah memasuki tahap pra konstruksi dan sedang menyelesaikan proses perizinan pembebasan lahan yang belum tuntas termasuk pembangunan mes.

Ia melanjutkan, pembangunan smelter di Pomalaa, Sulawesi Tenggara akan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) dan nikel limonite dengan kapasitas 120.000 ton.

"Pabrik nanti akan gunakan nikel limonite untuk produksi nikel limonite untuk produksi mixed hydroxide," lanjutnya.

Untuk progres smelter di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, pihaknya juga sudah menyelesaikan pembangunan pelabuhan.

Febriany menambahkan, PT Vale Indonesia juga akan membangun pabrik di Bahodopi, Sulawesi Tengah.

Ia mengaku nantinya akan berkapasitas 60.000 ton nikel dalam mixed hydroxide precipitate (MHP).

Pihaknya saat ini sedang dalam proses membuat program pembangunan yang lebih detail.

Untuk komitmen rendah karbon, pihaknya tidak akan menggunakan batu bara sebagai pembangkit listrik.

Hal itu juga ditegaskan dalam perjanjian kerja sama Proyek Bahadopi dan Pomalaa.

"Kita akan gunakan sumber energi lain untuk pembangkit listriknya. Harapannya, Bahadopi bisa menjadi pabrik Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) nikel dengan carbon intensity terendah kedua setelah Sorowako," pungkasnya.