Bagikan:

JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) disebutkan akan tetap mengoptimalkan fungsi fiskal dalam mendukung upaya pemulihan ekonomi.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu mengatakan salah satu yang kini menjadi perhatian adalah sektor industri yang kini mengalami penurunan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur menjadi 50,2 pada Juni setelah sebelumnya di level 50,8.

Menurut Febrio walaupun sedikit melambat, PMI manufaktur Indonesia tetap berada di jalur ekspansif karena melebihi index 50.

“Gejolak geopolitik serta perlambatan ekonomi dunia, khususnya di China, mengganggu rantai pasok global dan menghambat laju ekspansi manufaktur Indonesia, yang juga dialami oleh sebagian besar negara di kawasan Asia, termasuk Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Vietnam, Thailand, dan Filipina,” ujarnya dalam keterangan pers dikutip Senin 4 Juli.

Febrio menambahkan, pemerintah akan terus memonitor dinamika dan prospek ekonomi global ke depan serta mitigasi berbagai dampak yang mungkin timbul.

“Berbagai instrumen yang ada, termasuk APBN, akan dioptimalkan untuk meminimalisasi dampaknya pada perekonomian domestik. Dengan demikian, momentum pemulihan ekonomi nasional terjaga,” tuturnya.

Lebih lanjut, anak buah Sri Mulyani itu menjelaskan jika harga energi domestik cenderung stabil karena peran APBN 2022 sebagai shock absorber melalui alokasi subsidi energi dan kompensasi yang mencapai Rp 502,4 triliun.

“Subsidi dan kompensasi energi diberikan untuk menjaga stabilitas harga, melindungi daya beli serta menjaga momentum pemulihan ekonomi. Mengingat energi merupakan kebutuhan pokok, kebijakan subsidi energi ini vital bagi proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung,” tutup Febrio.