Bagikan:

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa pandemi COVID-19 memberikan dampak negatif yang luar biasa bagi seluruh kalangan masyarakat, termasuk implikasi yang lebih besar bagi perempuan.

Menurut Menkeu, berdasarkan studi McKinsey Global Institute disebutkan bahwa produk domestik bruto (PDB) dunia dipastikan anjlok apabila produktivitas perempuan terus terdampak pandemi.

“PDB global akan turun 1 triliun dolar AS jika dampak negatif yang diterima oleh perempuan dari pandemi tidak segera diatasi,” ujarnya dalam keterangan pers pada Senin, 20 Juni.

Menkeu menambahkan, peningkatan kesetaraan, investasi pendidikan, keluarga berencana, kesehatan ibu, inklusi digital dan keuangan, serta perbaikan beban perempuan akan mampu meningkatkan PDB dunia sekitar 13 triliun dolar AS.

“Saat ini perempuan sekitar 53,3 persen dari angkatan kerja Indonesia, lebih besar dari laki-laki. Namun mayoritas perempuan bekerja di sektor informal,” tuturnya.

Lebih lanjut, bendahara negara mengungkapkan pula bahwa inklusi keuangan perempuan Indonesia relatif masih berada di level yang rendah.

“Pemerintah menyadari menempatkan kesetaraan keuangan sangat penting, tidak hanya untuk peluang ekonomi tetapi ini juga berimplikasi pada upaya pengurangan kemiskinan," ucap dia.

Menkeu menjelaskan inklusi keuangan digital memberikan jalan yang sangat kredibel untuk keluar dari kemiskinan serta langkah penting pelaksanaan agenda pembangunan nasional.

"Apalagi yang sekarang ingin dicapai oleh Presiden Joko Widodo yaitu pengentasan kemiskinan absolut di Indonesia pada tahun 2024. Dalam konteks ini, perempuan memiliki peran yang sangat penting,” tegasnya.

Menkeu melihat bahwa perempuan adalah agen kunci yang penting pada perekonomian. Dia pun terus memberikan perhatian serta program-program yang dapat membantu perempuan, khususnya sektor UMKM, yang dapat memberikan kesempatan perempuan untuk maju.