Bagikan:

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melansir informasi bahwa jumlah utang luar negeri (ULN) Indonesia paling besar berasal dari Singapura dengan nilai mencapai 60,9 miliar dolar AS pada Maret 2022. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan Februari 2022 yang sebesar 62,1 miliar dolar AS.

Untuk diketahui, angka pinjaman luar negeri RI dengan negara tetangga di ASEAN itu jauh melampaui bukuan utang dengan Amerika Serikat (AS) di posisi kedua dengan jumlah 31,8 miliar dolar AS.

Disusul kemudian oleh Jepang sebesar Rp25,7 miliar dolar AS, China sebesar 22 miliar dolar AS, Hongkong sebesar 16,8 miliar dolar AS, dan negara Asia lainnya sebesar 10,4 miliar dolar AS.

Secara kumulatif, utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan I 2022 berjumlah 411,5 miliar dolar AS. Nilai ini melandai jika dibandingkan penutupan Desember 2021 yang sebesar 415,7 miliar dolar AS.

BI sendiri menyebut bahwa penurunan posisi ini dikontribusikan oleh berkurangnya utang sektor publik (pemerintah dan bank sentral) dan sektor swasta.

“Struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” kata Bank Indonesia dalam laporannya dikutip pada Kamis, 26 Mei.

Otoritas moneter mengklaim utang luar negeri tetap terkendali yang tercermin dari rasio terhadap produk domestik bruto (PDB) tetap terjaga di kisaran 33,7 persen, atau menurun dibandingkan dengan rasio pada kuartal sebelumnya sebesar 35 persen.

Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat dengan ditunjukkan oleh dominasi berjangka panjang yang berporsi 87,9 persen dari total.

“Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ini, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya,” tegas BI.

“Peran utang luar negeri juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian,” tutup risalah Bank Indonesia.