JAKARTA – Bank Indonesia buka suara terkait dengan ancaman resesi yang mengancam perekonomian nasional. Melalui Gubernur BI Perry Warjiyo, otoritas moneter di Tanah Air memberikan keterangan kepada masyarakat.
Menurut Perry, kondisi ekonomi Indonesia telah berada di jalur pemulihan yang benar. Berbagai indikator makro menunjukan bahwa aktivitas produktif telah berangsur membaik setelah tertekan akibat pandemi COVID-19 sejak dua tahun lalu.
“Mari kita lihat faktanya saja dan angka-angkanya. Ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5 persen atau bahkan lebih tinggi dari 5 persen,” ujarnya melalui saluran daring pada Selasa, 24 Mei.
Pernyataan Perry ini sejalan dengan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut jika ekonomi tumbuh 5,01 persen pada kuartal I 2022.
“Kedua adalah memang ada kenaikan inflasi yang kemungkinan sedikit lebih tinggi dari 4 persen (target pemerintah 3 persen plus minus 1 persen), tetapi ini direspon lewat kebijakan fiskal dengan menambah subsidi,” sambunnya.
.
Kemudian, dia menerangkan pula bahwa bank sentral berkomitmen kuat dalam mendukung upaya pemulihan ekonomi dengan bauran kebijakan yang bersifat prostabilitas.
“Dari fakta ini kita tidak bisa mengatakan bahwa kondisi (akan) resesi, stagflasi atau terminologi perekonomian yang lain. Oleh karena itu, mari bersama mendorong ekonomi tumbuh dan Alhamdulillah vaksinasi terus dilakukan, serta bersama menjaga protokol kesehatan dalam beraktivitas,” jelasnya.
BACA JUGA:
Terbaru, bukti konkrit Bank Indonesia dalam mendukung ekonomi nasional adalah dengan tetap mempertahankan suku bunga acuan sebesar 3,50 persen. Tren landai BI rate diyakini memberi ruang lebih besar kepada perbankan maupun masyarakat untuk melakukan ekspansi usaha melalui kredit.
“Ekonomi kita terus membaik. Untuk keseluruhan tahun, BI memperkirakan (perekonomian) akan tumbuh 4,5 persen sampai dengan 5,3 persen. Kami bersama pemerintah akan terus menjaga stabilitas makro, stabilitas moneter dan sistem keuangan menjadi lebih baik. Mari bersama kita membangun ekonomi dan pemulihan ekonomi,” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo.
Sebagai informasi, saat ini beberapa negara dunia tengah menghadapi sulit akibat ketidakmampuan dalam me-manage dinamika yang terjadi, seperti dampak pandemi COVID-19 maupun kondisi geopolitik di Eropa Timur. Situasi tersebut memaksa terjadinya tekanan ekonomi yang l;ebih kuat dan berimplikasi pada resesi ekonomi.
Adapun, resesi sendiri merupakan kemerosotan produk domestik bruto atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.