Kementerian Keuangan: Surplus Perdagangan 200 Juta Dolar Bukti Ketahanan Eksternal Kuat Hadapi Risiko Global
Ilustrasi (Foto: Dok. Kemenkeu)

Bagikan:

JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut bahwa bukuan surplus neraca perdagangan sebesar 200 juta dolar AS pada kuartal I 2022 merupakan indikasi nyata dari ketahanan eksternal RI yang kuat.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan kondisi ini merupakan kinerja yang sangat baik mengingat banyak sekali risiko yang dihadapi, seperti lonjakan harga minyak dunia yang didorong oleh eskalasi tensi geopolitik yang menekan neraca perdagangan migas.

“Jelas bahwa upaya reformasi struktural Indonesia berhasil menciptakan surplus neraca perdagangan nonmigas Indonesia yang konsisten tinggi bahkan terus meningkat sehingga berhasil menyerap risiko yang berasal dari kenaikan harga minyak,” ujarnya dalam keterangan resmi dikutip Rabu, 25 Mei.

Febrio mencatat, surplus sebesar 200 juta dolar AS setara dengan 0,1 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka tersebut sedikit menurun diakibatkan kenaikan harga minyak dunia yang menyebabkan defisit di sektor migas.

Sedangkan, neraca perdagangan nonmigas tetap kuat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun sedikit menurun karena faktor eksternal yaitu perlambatan ekspor ke negara mitra dagang utama Indonesia, seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang.

“Penurunan surplus neraca transaksi juga disebabkan oleh jasa keuangan dan jasa perjalanan, seiring dengan pemulihan ekonomi dan peningkatan perjalanan (ibadah umroh) dan wisata nasional ke luar negeri yang mempengaruhi neraca jasa,” tuturnya.

Lebih lanjut, anak buah Sri Mulyani itu menerangkan jika situasi ini diharapkan terus positif dengan berbagai kebijakan reformasi struktural untuk mendorong kinerja ekspor nonmigas melalui penguatan infrastruktur, sumber daya manusia, hilirisasi, revitalisasi industri, dan ekonomi hijau.

“PMI Manufaktur Indonesia yang semakin ekspansif juga menjadi indikasi dini masih kuatnya kinerja ekspor ke depan,” katanya.

Febrio menambahkan, untuk memperbaiki kondisi defisit migas, pemerintah juga terus berupaya membangun kapasitas industri hulu migas sehingga posisi neraca berjalan secara akan menguat.

Kemudian dari sisi neraca transaksi modal dan finansial (TMF), terjadi peningkatan aliran dana masuk neto investasi langsung ke sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor lain. Kinerja positif ini membantu mempersempit defisit TMF menjadi 1,7 miliar dolar AS atau sebesar 0,5 persen dari PDB.

“Ketidakpastian pasar keuangan global akibat tensi geopolitik dan inflasi di Amerika Serikat yang memicu pengetatan kebijakan moneter telah berdampak pada terjadinya aliran keluar investasi portofolio. Meskipun demikian, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat, khususnya terkait dampak positif harga komoditas global pada Indonesia dan prospek pemulihan ekonomi nasional, akan menjadi faktor penting menguatnya kepercayaan investor di pasar keuangan domestik,” tutup Febrio.