JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani diketahui sudah memulai aktivitas rutin kenegaraan usai menjalani libur Lebaran tahun ini.
Disebutkan bahwa kegiatan pertama bendahara negara itu adalah menerima kunjungan resmi Germany State Secretary and Special Envoy for International Climate Action Jennifer Lee Morgan dan Ambassador of the Federal Republic of Germany to Indonesia Ina Lepel.
“Sudah mulai beraktivitas sesudah libur atau mudik lebaran? Kami di Kementerian Keuangan juga sudah aktif bertugas lagi. Pertemuan di pekan pertama setelah lebaran kali ini salah satunya adalah pertemuan bersama H.E. Jennifer Lee Morgan, State Secretary and Special Envoy for International Climate Action dan @inalepel, Ambassador of the Federal Republic of Germany to Indonesia, ASEAN and Timor-Leste,” ujar dia melalui laman Instagram pribadi @smindrawati, Selasa, 10 Mei.
Menurut Menkeu, dirinya dan kedua diplomat asal Jerman itu terlibat pembicaraan yang cukup intensif dan komprehensif.
“Kami berdiskusi mengenai banyak hal mulai dari Presidensi G20 Indonesia tahun ini hingga hubungan bilateral yang telah terjalin hangat antara Indonesia dan Jerman,” tuturnya.
Menkeu berharap ikatan yang sudah terjalin erat bisa semakin meningkatkan pemahaman satu sama lain sehingga memberikan dampak positif bagi kedua negara.
BACA JUGA:
“Saya harap, kedepannya hubungan bilateral antara Indonesia dan Jerman dapat terus terjaga dengan apik. Saya juga ingin pertemuan-pertemuan seperti ini dapat senantiasa membantu pemulihan perekonomian dunia khususnya bagi Indonesia,” tegas dia.
Mengutip data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dalam tiga tahun terakhir Indonesia membukukan defisit neraca perdagangan dengan Jerman. Catatan terakhir pada 2021 menyebutkan bahwa RI alami defisit sebesar 277,7 juta dolar AS.
Hasil tersebut didapatkan setelah nilai impor yang lebih besar dengan 3,1 miliar dolar AS berbanding ekspor yang sebesar 2,9 miliar dolar AS.
Adapun, komoditas unggulan ekspor Indonesia ke negara panser itu antara lain alas kaki, mesin,bahan sandang, bijih mineral, karet dan produk-produk karet.
Sementara untuk impor, Indonesia banyak mendatangkan mesin, peralatan mekanik, peralatan optik, mesin listrik, kendaraan, produk besi dan baja, serta berbagai obat-obatan dan alat kesehatan.