Archi Indonesia, Perusahaan Tambang Emas Milik Konglomerat Peter Sondakh Ini Beri Penjelasan Kenapa Pendapatan dan Laba Tahun 2021 Merosot
Foto: Dok. Archi Indonesia

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan tambang emas milik konglomerat Peter Sondakh, PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) mencatatkan pelemahan pendapatan dan laba bersih di tahun2021 lantaran penjualan emas lebih rendah.

Dalam laporan keuangan perusahaan, pendapatan perseroan pada 2021 sebesar 345,9 juta dolar AS, lebih rendah 12 persen dibandingkan dengan 393,3 juta dolar AS pada tahun sebelumnya.

"Penurunan ini terutamanya disebabkan oleh volume penjualan emas yang lebih rendah dari 213,8 kilo ons menjadi 188,1 kilo ons," jelas manajemen Archi Indonesia, dikutip Senin 25 April.

EBITDA tercatat sebesar 163,7 juta dolar AS, lebih rendah 32 persen dibandingkan dengan 240,4 juta dolar AS pada tahun sebelumnya.

"Penurunan ini terutamanya disebabkan oleh kenaikan biaya penambangan akibat dari meningkatnya jumlah material yang ditambang, kenaikan stripping ratio akibat dari penambangan bijih tahap awal di pit Araren tahap 5 dan pembukaan pit Alaskar, serta kenaikan biaya pengolahan seiring dengan jumlah bijih yang diproses yang lebih tinggi selama tahun 2021," imbuh manajemen.

Namun, biaya penambangan per unit lebih rendah 11 persen menjadi 2,90 dolar AS per ton. Secara keseluruhan, laba tahun berjalan menurun sebesar 39 persen dari 123,3 juta dolar AS menjadi 75,1 juta dolar AS.

Selain itu, aset tetap, properti pertambangan, serta aset eksplorasi dan evaluasi lebih tinggi terutamanya dari meningkatnya belanja modal untuk aktivitas pengembangan penambangan di pit Araren tahap 5 dan pembukaan pit Alaskar, peningkatan kapasitas pengolahan serta aktivitas eksplorasi.

"Sementara kenaikan utang bank jangka pendek disebabkan oleh penambahan pencairan kredit modal kerja pada Maret dan Oktober 2021. Utang usaha lebih tinggi terutamanya karena peningkatan aktivitas pengembangan tambang dan aktivitas eksplorasi," jelas perseroan.

Berdasarkan situasi terkait bencana alam pada awal Januari tahun ini, ARCI memperkirakan produksi emas pada 2022 akan terdampak sekitar 25 persen dibandingkan jumlah produksi pada 2021, dan berdampak juga terhadap kinerja keuangan.