JAKARTA - Perusahaan tambang emas milik konglomerat Peter Sondakh, PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) mencetak laba di sepanjang 2021, meskipun turun dari tahun sebelumnya. Hal itu sejalan dengan produksi perseroan yang mengalami penurunan.
Dalam laporan keuangan ARCI, dikutip Senin 4 April, perseroan membukukan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan konsolidasian lebih rendah 12 persen menjadi 345,9 juta dolar AS (sekitar Rp4,94 triliun), dibandingkan dengan 393,3 juta dolar AS pada tahun sebelumnya.
"Hal ini terutamanya disebabkan oleh volume penjualan emas yang lebih rendah dari 213,8 kilo ons menjadi 188,1 kilo ons," jelas Presiden Direktur Archi Indonesia, Kenneth Crichton dalam keterangan tertulis.
Selain itu, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) turun 32 persen menjadi 163,7 juta. Sementara laba tahun berjalan juga lebih rendah 39 persen menjadi 75,1 juta dolar AS (sekitar Rp1,07 triliun) dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan profitabilitas terutamanya disebabkan oleh rasio pengupasan tanah (stripping ratio) yang lebih tinggi dari penambangan bijih tahap awal di pit Araren tahap 5 dan pembukaan pit Alaskar yang baru.
"Aktivitas eksplorasi berfokus pada peningkatan tambahan potensi penemuan di sekitar pit-pit tambang yang beroperasi saat ini di wilayah Koridor Timur serta pengeboran mineral emas di wilayah Koridor Barat,” jelas Kenneth.
BACA JUGA:
Sementara itu, jumlah utang bersih ARCI pada periode ini lebih rendah dari 389,7 juta dolar AS per akhir 2020 menjadi sebesar 296,9 juta dolar AS per akhir 2021, mencerminkan kinerja rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang secara signifikan lebih baik dari sebesar 4,1x menjadi sebesar 1,3x.
Sepanjang 2021, ARCI juga merealisasikan belanja modal sebesar 118,6 juta dolar AS, yang terutamanya digunakan untuk aktivitas pengembangan pit Araren tahap 5, meningkatkan kapasitas pabrik pengolahan, dan aktivitas eksplorasi. Dari sisi produksi, bijih yang diproses sepanjang 2021 mencapai 3,64 juta ton.