Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan milik konglomerat Edwin Soeryadjaya dan Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk menyiapkan 100 juta dolar AS - 150 juta dolar AS (sekitar Rp2,14 triliun) untuk belanja modal atau capital expenditure (capex).

Direktur investasi SRTG Devin Wirawan mengatakan, dengan jumlah capex tersebut, perusahaan akan memfokuskan pada investasinya di sektor teknologi dan digital, kesehatan, layanan jasa keuangan dan energi baru terbarukan (EBT).

"Kami akan memfokuskan pada investasi di sektor yang sudah ada sejak awal dan teknologi," ujarnya dalam paparan publik Saratoga Investama Sedaya, Kamis, 21 April.

Devin mengungkapkan, perusahaan akan memfokuskan pada pengembangan teknologi agar bisa mengikuti perkembangan zaman dan tidak terdisrupsi. Hal ini juga dimaksudkan agar perusahaan bisa melakukan transformasi bisnis dari tradisional ke digital ekonomi.

"Seiring dengan bertumbuhnya ekonomi Indonesia khususnya saat pandemi, kami melihat banyak transformasi yang terjadi di Indonesia. Banyak anak muda yang mendirikan startup. Jika kami tidak mengantisipasi hal ini, kami akan ketinggalan," bebernya.

Lebih jauh ia menjelaskan, di tengah upaya yang ditempuh Indonesia demi mencapai target penurunan emisi maupun Net Zero Emission (netralitas karbon) yang ditargetkan akan tercapai di tahun 2060 atau lebih awal, SRTG juga akan memfokuskan investasinya pada renewable energy. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya, Devin mengakui hingga saat ini sektor kelistrikan masih banyak ditopang oleh batu bara.

"Melihat ke depan, kami perlu melakukan investasi di industri yang sustainable dan kami melihat solar panel energy adalah yang paling cepat untuk diadaptasi sehingga Indonesia bisa mencapai targetnya untuk mencapai NZE," ujarnya.

Sebelumnya, melalui RUPST Saratoga menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp814 miliar. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dividen Rp298 miliar di tahun 2021.

Sepanjang 2021, perseroan juga mampu mencatatkan Net Asset Value (NAV) sebesar Rp56,3 triliun. Nilai itu meningkat 78 persen dibanding tahun sebelumnya dan sebagian besar berasal dari kenaikan harga saham di hampir semua portofolio investasi perseroan terutama PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) dan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX).