Rugi Bukalapak Bengkak Jadi Rp1,6 Triliun di 2021, padahal Pendapatan Tumbuh 38 Persen jadi Rp1,9 Triliun
Ilustrasi. (Foto: Dok. Bukalapak)

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan e-commerce, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencatatkan peningkatan kinerja pada sisi pendapatan. Namun demikian, kerugian bersih Bukalapak membengkak di tahun 2021.

Dalam laporam keuangan Bukalapak, dikutip Kamis 14 April, perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 38 persen dari tahun sebelumnya menjadi Rp1,9 triliun. Adapun pendapatan untuk segmen Mitra Bukalapak tumbuh sebesar 311 persen menjadi Rp 818 miliar.

Kontribusi Mitra Bukalapak terhadap pendapatan Perseroan meningkat dari 18 persen pada kuartal IV 2020 menjadi 62 persen pada kuartal IV 2021. Sementara itu, Total Processing Value (TPV) selama kuartal keempat tahun 2021 tumbuh sebesar 29 persen menjadi Rp34,7 triliun dan secara tahunan tumbuh 44 persen menjadi Rp122,6 triliun.

Pertumbuhan TPV Bukalapak didukung oleh peningkatan jumlah transaksi sebesar 26 persen dan kenaikan sebesar 14 persen pada Average Transaction Value (ATV) sepanjang tahun 2020 (FY20) sampai dengan 2021.

Sebanyak 73 persen TPV Perseroan berasal dari luar daerah Tier 1 di Indonesia. Sebab, penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung serta toko ritel tradisional terus menunjukan pertumbuhan yang kuat.

Manajemen mengeklaim Mitra Bukalapak merupakan penggerak utama pertumbuhan perseroan. Pasalnya, TPV Mitra pada 2021 naik 147 persen menjadi Rp56,2 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

ATV Mitra pada 2021 tumbuh sebesar 43 persen dibandingkan dengan tahun 2020. Hal ini didukung oleh berkembangnya variasi produk dan jasa yang ditawarkan oleh Bukalapak kepada para Mitra.

Pada akhir Desember 2021, jumlah Mitra yang telah terdaftar mencapai 11,8 juta, meningkat dari 6,9 juta pada akhir Desember 2020. Bukalapak juga menekan kerugian Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA)-nya.

Kerugian EBITDA pada 2021 6 persen lebih baik dibandingkan periode yang sama di tahun lalu, dengan rasio kerugian EBITDA terhadap TPV yang membaik menjadi 1,3 persen dari 1,9 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Lebih lanjut, manajemen menyatakan mampu menekan kerugian operasionalnya sebesar 7 persen menjadi Rp1,709 triliun dari Rp1,838 triliun pada 2020. Namun, kerugian bersih perseroan meningkat sebesar 24 persen menjadi Rp1,676 triliun dari Rp1,349 triliun pada 2020.

Membengkaknya kerugian karena Bukalapak mendapat kredit pajak sebesar Rp483 miliar pada 2020. Di samping peningkatan efisiensi yang diiringi dengan pertumbuhan yang kuat, Bukalapak juga memiliki permodalan yang kuat dengan posisi kas perseroan sebesar Rp 24,7 triliun pada akhir Desember 2021.