Bagikan:

JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan M Chatib Basri mengingatkan kemungkinan migrasi konsumsi masyarakat dari Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax ke BBM. Hal ini merupakan buntut dari keputusan pemerintah yang berencana akan menaikkan harga harga BBM RON 92 Pertamax pada April nanti hingga Rp16.000 per liter.

"Ada yang perlu diantisipasi terkait kenaikan Pertamax: soal price gap," tulis Chatib Basri dalam akun Twitternya @ChatibBasri, Kamis, 31 Maret.

Menurut Chatib, peralihan pengguna Pertamax ke Pertalite ini dipicu adanya selisih harga yang cukup jauh antara dua jenis BBM yang dijual PT Pertamina (Persero) tersebut.

"Pertamax naik ke Rp16.000, Pertalite tetap di Rp7.650, maka bisa terjadi migrasi dari Pertamax ke Pertalite," jelasnya.

Ia melanjutkan, jika terjadi migrasi konsumsi dari Pertamax ke Pertalite, maka hal tersebut akan menyebabkan over kuota dan beban terhadap APBN naik tajam.

Untuk itu, Chatib menyarankan pemerintah memberikan subsidi yang menyasar pada masyarakat tak mampu agar subsidi yang diberikan lebih tepat sasaran.

"Lebih baik targeted subsidy orang daripada barang," cuit Chatib.

Sebelumnya, dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII pada hari Selasa 29 Maret, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, kuota Pertalite tahun ini kuota yang ditetapkan sebanyak 23,05 juta kiloliter (KL). Hingga Februari 2022 realisasi penyaluran Pertalite tercatat mencapai 4,258 juta KL.Realisasi tersebut sudah lebih tinggi 18,5 persen dari kuota yang ditetapkan untuk sepanjang Januari-Februari 2022.

"Jika diestimasikan melalui normal skenario, maka di akhir 2022 akan terjadi over kuota sebesar 15 persen dari kuota normal menjadi 26,5 juta KL," jelasnya.