Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah khawatir adanya migrasi pengguna Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Pertamax ke Pertalite imbas kenaikan harga BBM RON 92 itu.

Direktur Jenderal (Dirjen) Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tutuka Ariadji mengatakan, ada kemungkinan pengguna Pertamax beralih menggunakan Pertalite.

Pasalnya, selisih harga antarkedua produk ini mencapai Rp4.000.

"Kalau kemungkinan sih pasti ada, tapi jumlahnya kan saya kira tidak banyak. Tapi kemungkinan sih pasti ada," ujar Tutuka yang ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Senin, 2 Oktober.

Dengan adanya kemungkinan migrasi pengguna, dikhawatirkan konsumsi Pertalite akan melonjak dari konsumsi biasanya.

Menanggapi hal ini Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengungkapkan jika hingga Agustus 2023, Pertamina Patra Niaga telah menyalurkan 19.8 Juta KL dari kuota 32.5 juta KL untuk JBKP Pertalite.

"Kuota pertalite masih cukup tersedia, tapi sekali lagi harapannya konsumen tetap menggunakan BBM Non Subsidi," ujar Irto saat dihubungi VOI, Senin 2 Oktober.

Irto juga berharap konsumen pengguna BBM non-subsidi tidak migrasi ke Pertalite karena segmen ini umumnya memahami perlunya BBM yang sesuai dengan spesifikasi kendaraannya.

Asal tahu saja, PT Pertamina (Persero) menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi per 1 Oktober 2023.

Terjadi kenaikan harga untuk bahan bakar yang dijual di SPBU Pertamina seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex, dan Pertamax Green 95.

Sebagai contoh, harga BBM jenis Pertamax resmi naik menjadi Rp14.000 per liter dari periode September yang dijual Rp13.300 per liter untuk wilayah DKI Jakarta.

Sementara Pertamax Green 95 naik dari Rp15.000 per liter menjadi Rp16.000 per liter.

Sedangkan Pertamax Turbo kini dibanderol Rp16.600 per liter dari sebelumya Rp15.900 per liter.

Lalu, Dexlite dari sebelumnya Rp16.350 per liter menjadi Rp17.200 per liter. Kemudian, Pertamina Dex dari Rp16.900 per liter menjadi Rp17.900 per liter.

Sementara untuk BBM jenis Pertalite yang merupakan bahan bakar subsidi tidak ada penyesuaian harga alias tidak ada kenaikan tetap Rp10.000 per liter.