Matahari Department Store Milik Konglomerat Mochtar Riady Bersinar Cerah di 2021, Raup Laba Rp913 Miliar dari Sebelumnya Rugi Rp873 Miliar
Gerai Matahari Department Store. (Foto: Dok. Matahari Dept. Store)

Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan ritel dari Lippo Group milik konglomerat Mochtar Riady, PT Matahari Department Store Tbk bersinar cerah pada 2021. Emiten berkode saham LPPF ini berhasil mendongkrak kinerja pendapatan dan berbalik meraih laba bersih.

LPPF mencatatkan penjualan kotor sekitar Rp10,3 triliun untuk setahun penuh yang berakhir pada 31 Desember 2021, naik 20 persen dari periode yang sama di tahun 2020. Dari raihan tersebut, pendapatan bersih LPPF tercatat sekitar Rp5,6 triliun, atau melesat 15 persen dibandingkan tahun 2020.

Dari sisi bottom line, LPPF meraih laba bersih sebesar Rp913 miliar pada tahun 2021. Catatan tersebut tentu jauh lebih baik dibandingkan dengan rugi bersih yang diderita LPPF sebesar Rp873 miliar pada tahun 2020.

Wakil Presiden Direktur dan CEO Matahari Terry O'Connor mengungkapkan, raihan positif LPPF tersebut didukung oleh kinerja perdagangan triwulan keempat 2021 yang sejalan dengan pelonggaran PPKM. Kondisi ini membantu kondisi pemulihan di samping inisiatif yang dijalankan oleh Matahari Department Store.

Hingga akhir tahun 2021, Matahari mengoperasikan 139 gerai di 77 kota di seluruh Indonesia, setelah membuka 3 gerai baru pada tahun 2021 di Balikpapan (Kalimantan Timur), Batam (Kepulauan Riau), dan Cianjur (Jawa Barat).

Matahari berencana untuk membuka 12-15 gerai per tahun dalam jangka pendek sampai menengah dengan minimum 10 gerai pada 2022. Termasuk gerai signature baru yang sedang dibangun di Taman Anggrek Jakarta dan Plaza Ambarukmo Jogjakarta. Pengerjaan konsep format baru juga sedang berjalan, dan Matahari hampir menyelesaikan format baru di Supermal Karawaci Tangerang.

"Puncak Omicron di Jakarta sudah dilewati dan secara nasional telah membaik sehingga memberikan kesempatan perdagangan Lebaran secara penuh dan tidak terganggu," ujar Terry dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat 4 Maret.

Dengan tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan (mal) yang berbalik positif pasca penyebaran omicron, Terry menyebut bahwa produk pakaian untuk travel maupun pakaian formal menjadi lebih relevan. Dia berharap kebangkitan ritel fesyen bisa berlanjut pada tahun 2022, seperti yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa.