Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi tengah mendapat banjir kritik pedas. Hal tersebut lantaran komentar dirinya soal harga kedelai impor yang meroket disebabkan oleh 5 miliar babi di China.

Babi-babi di China itu diungkap Mendag, membutuhkan kedelai sebagai bahan makanannya. Salah satu yang megkritik Mendag Lutfi, adalah ekonom senior Rizal Ramli. Menurut Rizal, dikutip dari akun Twitternya, @RamliRizal, Senin 21 Februari, alasan dari Mendag Lutfi mengenai naiknya harga kedelai di Tanah Air dinilai asal dan tidak nyambung.

Bagi Rizal Ramli, alasan dari Mendag Lutfi itu sebatas asal kena atau asal jeplak. Sebab, jawaban itu tidak menjawab sama sekali mengapa harga kedelai menjadi mahal di Tanah Air.

"Menteri Perdagangan asal mangap. Ngeles kok ngasal," ujar Menko Perkonomian era Presiden Gus Dur itu.

Sebelumnya Mendag Lutfi kepada wartawab saat melakukan sidak distribusi minyak goreng di Makassar mengatakan, babi di China semula memang tidak makan kedelai. Namun kemudian ada perubahan dan babi diberi pakan kedelai.

"Apalagi baru-baru ini ada lima miliar babi di peternakan China itu makan kedelai," kata Mendag Lutfi.

Dia juga menjelaskan bahwa kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahun adalah 3 juta ton, sementara budidaya dan suplai kedelai dalam negeri hanya mampu 500 ribu hingga 750 ribu ton per tahunnya.

Mendag Lutfi juga mendapat kritikan dari Komisioner Ombudsman, Alvin Lie. Menurutnya, alasan Lutfi berkenaan dengan kenaikan harga kedelai sama sekali tidak mencerminkan apa sebenarnya pokok permasalahan meroketnya harga bahan baku tahu tempe tersebut.

"Seakan-akan miliaran babi di China itu mendadak hadir dalam 1 bulan terakhir. Beginilah jadinya kalau menteri tidak paham pokok permasalahan," kritik Alvin Lie dikutip dari akun Twitternya, @alvinlie21.

Melihat alasan-alasan yang dipaparkan tersebut, Alvin Lie pun ragu persoalan kenaikan harga kedelai yang kini lebih dari Rp11 ribu.

"Pokok masalahnya aja dia enggak paham. Bagaimana mau mengatasinya?" kata Alvin.

"Gesit memberi alasan. Tidak mampu beri solusi. Rajin puji pimpinan. Modal jadi Menteri," tulis Alvin Lie.