Stabilkan Harga Kedelai Dalam Negeri, Pengamat Sarankan Indonesia Impor dari Brasil dan Argentina
Ilustrasi. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Sebagai negara pengonsumsi kedelai nomor dua terbesar di dunia, Indonesia perlu mencari sumber altenatif pemasok kedelai. 

Menurut Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nisrina Nafisah, Indonesia dapat meningkatkan impornya dari Brasil dan Argentina. Melalui diversifikasi negara pemasok kedelai ini, Indonesia bisa mengurangi dampak kenaikan harga dan menjaga stabilitas pasokan dan harga kedelai dalam negeri.

"Pemerintah perlu mendiversifikasi sumber impor agar harga dan jumlah pasokan kedelai dalam negeri stabil. Indonesia merupakan negara dengan konsumsi kedelai terbesar kedua di dunia setelah China," katanya lewat keterangannya dikutip Antara, Kamis 17 Februari.

Produksi kedelai di kedua negara tersebut mencapai 140 juta ton dan 50 juta ton setiap tahunnya. Jumlah impor kedelai Indonesia dari kedua negara tersebut kurang dari satu persen total impor Indonesia setiap tahunnya. Indonesia bahkan tidak mengimpor kedelai dari keduanya di 2020.

Hal itu, lanjutnya, membuka peluang untuk kerja sama yang lebih besar, terutama untuk memenuhi ketersediaan kedelai yang selama ini didominasi kedelai dari Amerika Serikat.

Nisrina menyebut Indonesia sedang menjajaki kerja sama ekonomi dengan kawasan Latin Amerika dan Karibia, yang merupakan pasar nontradisional Indonesia.

Kerja sama ekonomi dengan negara-negara di kawasan tersebut mulai diperkuat karena dapat membuka peluang Indonesia untuk membagi kuota impor kedelainya dengan negara Amerika Latin seperti Brasil dan Argentina.

Lebih dari 80 persen kedelai Indonesia berasal dari impor setiap tahunnya.

Data dari BPS menunjukkan bahwa sekitar 90 persen impor kedelai Indonesia untuk 2020 datang dari Amerika Serikat sejumlah 2.238,5 ton dari total 2.475,3 ton impor kedelai Indonesia.

Kanada menjadi negara sumber impor terbesar kedua untuk Indonesia dengan jumlah impor yang mencapai 229,6 ribu ton pada 2020.

Data Departemen Agrikultur Amerika Serikat (USDA) menunjukkan naiknya harga kedelai di pasar internasional disebabkan oleh beberapa faktor, seperti berkurangnya pasokan kedelai dunia karena perubahan cuaca yang mengganggu produksi kedelai di negara produsen utama, yaitu Amerika Serikat, Brasil, dan Argentina.

Ketiga negara tersebut menghasilkan sekitar 80 persen produksi kedelai dunia (Voora et al., 2020).

Sejak Desember 2021, produksi kedelai turun tujuh persen di Brasil dan sembilan persen di Argentina. Walaupun ada penurunan jumlah produksi, kedua negara tetap termasuk sebagai produsen utama kedelai di dunia.