Mendag M. Lutfi: Indonesia Rebutan Impor dengan China, Harga Kedelai Masih Bakal Mahal
Menteri Perdagangan, M. Lutfi. (Foto: Dok. Setpres)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan kenaikan harga kedelai masih akan berlanjut hingga beberapa bulan ke depan atau setidaknya hingga Juni 2002. Prediksi tersebut dia lontarkan saat menggelar konferensi pers awal tahun secara virtual hari ini.

Menurut Mendag faktor cuaca La Nina di Amerika Selatan menyebabkan dua negara besar produsen kedelai dunia, yakni Brazil dan Argentina mengalami gangguan dalam berproduksi.

“Kami melihat harga akan terus menguat hingga Mei mendatang,” ujarnya, Senin, 11 Januari.

Adapun, negara penghasil kedelai dunia lainnya, yaitu Amerika Serikat (AS) tidak terlalu terpengaruh atas gangguan cuaca tersebut. Hal ini membuat sejumlah negara importir kedelai kemudian saling berebutan pasokan dari AS yang membuat hukum permintaan dan penawaran terjadi sempurna alias mengerek harga naik.

Alhasil, Indonesia sedikit kesulitan mendapatkan bahan baku tersebut karena harus berebut dengan importir raksasa lain seperti China.

Terpisah, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin membenarkan kondisi melonjaknya harga kedelai dalam beberapa bulan terakhir. Dia menyebut, Indonesia mendapat kesulitan dalam memasok kedelai ke dalam negeri karena permintaan China jauh lebih besar dari sebelumnya.

Aip mencatat, China sejatinya hanya mendatangkan sekitar 75 juta ton kedelai dari AS setiap tahun. Pada penghujung tahun lalu, permintaan tersebut melonjak hingga 75 juta ton kedelai karena pasar tradisional mereka yakni Brazil dan Argentina mengalami gangguan dalam berproduksi.

“Bahkan kami mendengar kabar bahwa otoritas perdagangan Amerika menyebut China meningkatkan permintaan kedelai hingga 100 juta ton,” kata Aip.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, rata-rata konsumsi kedelai secara nasional menyentuh angka 2,8 juta ton. Dari jumlah tersebut sekitar 92 persen dipenuhi oleh pasokan mancanegara yang sebagian besar didatangkan dari Amerika Serikat (AS).

Dalam pantauan VOI, pada November 2020 harga kedelai diketahui berada pada level 11,92 dolar AS per bushels. Sebulan berselang, harga merangkak naik menjadi 12,5 dolar AS per bushels.

Organisasi pangan dunia FAO pun mengamini hal tersebut. Dalam catatan FAO harga kedelai diyakini melambung 6 persen menjadi 461 dolar AS pe rton dari sebelumnya 435 dolar AS perton.

Sementara untuk ditingkat ritail dalam negeri, kedelai impor sebelumnya dipasarkan dengan harga Rp7.000 per kilogram kini telah menyentuh nilai Rp9.000 per kilogram.