Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk menstabilkan harga kacang kedelai untuk memberi ketenangan pada masyarakat maupun pada perajin tahu dan tempe.

"Tugas Kementerian Perdagangan memang seperti itu. Tidak bisa membiarkan masyarakat bertarung sendiri," kata Rachmat Gobel dalam keterangan tertulis, dikutip dari Antara, Selasa 15 Februari.

Rachmat Gobel menjelaskan saat ini harga kacang kedelai meningkat akibat fluktuasi harga internasional, khususnya di Amerika Serikat.

Produsen terbesar kacang kedelai di dunia adalah Brazil, Amerika Serikat, Argentina, dan China. Pada 2020 harga kacang kedelai di tingkat konsumen masih sekitar Rp8.500 per kilogram. Namun pada 2021 sudah naik menjadi Rp9.500-Rp 10 ribu per kilogram.

Kini harga kacang kedelai sudah berada di atas Rp11 ribu per kilogram. Akibat kenaikan harga kacang kedelai secara terus menerus tersebut, jumlah perajin tahu dan tempe terus berkurang, khususnya perajin yang kecil. Padahal pemerintah sudah tidak mengenakan bea masuk terhadap komoditas kacang kedelai.

Rachmat Gobel menyampaikan tahu dan tempe merupakan makanan rakyat dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, katanya, usaha tahu dan tempe juga merupakan sektor yang bisa dimasuki oleh masyarakat bawah dengan mudah.

Karena itu, katanya, fluktuasi harga dan kenaikan harga kacang kedelai bisa mengganggu lapangan kerja dan lapangan usaha.

"Di tengah kondisi pandemi COVID-19 ini, semua pihak, khususnya pemerintah untuk bekerja lebih sungguh-sungguh agar kemiskinan tak terus naik," katanya.

Lebih lanjut ia menyatakan masalah kacang kedelai ini harus dicarikan solusi yang lebih permanen. Hal itu, katanya, membutuhkan kerja sama semua pihak, khususnya Kemendag dan Kementerian Pertanian (Kementan).

Saat ini sekitar 80 persen kebutuhan kacang kedelai berasal dari impor. Karena itu Kemendag harus bisa mengatur stok agar tak mudah diterjang fluktuasi harga internasional maupun oleh situasi perdagangan internasional.

Selain itu, katanya, Kemendag juga harus bisa mengatur stabilitas harga di dalam negeri. Pada sisi lain, katanya, walaupun tanaman ini merupakan tanaman subtropis, namun tanaman ini masih bisa berkembang dengan baik di Indonesia.

"Jadi harus ada koordinasi agar kran impor diatur dengan kemampuan Kementan dalam menyediakan kacang kedelai dari petani. Jangan sampai pasar kebanjiran produk impor yang kemudian bikin kapok petani untuk menanam kedelai," katanya.

Rachmat Gobel juga menekankan agar Kementan bekerja keras dan memiliki program yang sistematis agar Indonesia bisa berswasembada kacang kedelai.

"Manfaatkan teknologi dan kuatkan riset," katanya.

Indonesia juga sudah menjadi eksportir edamame. Hal itu membuktikan bahwa tanah Indonesia bisa untuk tanaman kedelai.

"Ingat, produk olahan kedelai telah menjadi makanan nasional seperti tahu, tempe, bahkan kecap," katanya.