Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa perekonomian global akan bergerak lebih rendah pada tahun depan. Menurut dia, ada sejumlah faktor yang membuat ekonomi bergerak lebih rendah. Salah satunya adalah ketidakpastian dari COVID-19 dan turunannya.

"Kemudian di tahun 2023 diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dibandingkan tahun 2022," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 16 Februari.

Tidak hanya karena ketidakpastian dari COVID-19, kata Airlangga, kasus inflasi Global di sejumlah negara maupun normalisasi kebijakan moneter yang dibaca sebagai kenaikan tingkat suku bunga juga turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang melambat di tahun 2023.

Karena itu, kata Airlangga, dibutuhkan sumber-sumber pembiayaan baru untuk pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga disampaikan bahwa target defisit juga disepakati akan kembali di bawah 3 persen sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022.

Mantan Menteri Perindustrian ini mengatakan berkaca kepada berbagai kondisi di atas, perlu dilakukan reformasi struktural. Antara lain karena Indonesia Tengah mendorong sektor investasi ataupun engine di luar APBN, maka peningkatan kredit perbankan menjadi penting.

"Bentuk salah satunya adalah terkait regulasi POJK terkait relaksasi kredit yang diharapkan tidak perlu ada pembatasan waktu, perlu ada penurunan pencadangan dari sisi perbankan karena kita lihat potensi dari sisi kredit sektor perbankan masih tinggi," ucapnya.

Airlangga mengatakan realisasi kredit perbankan saat ini masih sedikit di atas 3 persen dibanding dana pihak ketiga atau DPK yang mencapai 12 persen, sehingga masih punya ruang untuk peningkatan kucuran kredit.

"Kemudian peningkatan investasi PMA (penanaman modal asing) dan PMDN (penanaman modal dalam negeri) pada 2023 didorong di level Rp1.800-Rp1.900 triliun tentu didukung dengan peningkatan daya saing dan juga OSS (online single submission) menjadi penting," tuturnya.