JAKARTA - Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia menceritakan pengalamannya setelah kurang lebih tiga tahun masuk dalam jajaran kabinet. Menurut dia, menjadi seorang birokrat tidak lebih menyejahterakan dibandingkan dengan profesi pengusaha.
“Memang kalian pikir gaji menteri itu berapa? Gaji menteri itu tidak lebih dari Rp20 juta. Gayanya saja yang mantap, setiap hadir selalu paling depan,” ujarnya dalam pertemuan Indonesia Economic Outlook 2022 di Jakarta, Selasa, 25 Januari.
Sikap blak-blakan Bahlil tersebut lantas mengundang gelak tawa dari para peserta yang hadir. Kepala BKPM itu memang dikenal sebagai sosok yang apa adanya. Keluwesannya tersebut membawa Bahlil sukses menjadi pengusaha sebelum ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai menteri.
Lebih lanjut, Bahlil merasa cukup heran dengan mindset para generasi muda saat ini yang mayoritas masih menginginkan pekerjaan sebagai karyawan ketimbang pengusaha.
“Waktu saya menjadi Ketua Umum Hipmi (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), saya pernah survei mahasiswa dari Aceh dari sampai Papua yang sebanyak 5,7 juta orang. Dari mereka, 83 persen ingin menjadi karyawan. Politisi dan LSM itu 14 persen. Sementara yang ingin menjadi pengusaha hanya 3 persen. Tapi begitu ditanya mau kaya, mereka jawab semua mau kaya, heran juga saya,” tutur dia yang kembali direspons senyuman oleh para hadirin.
BACA JUGA:
Untuk itu, dia mendukung upaya instansi pemerintah terkait yang gencar melakukan edukasi soal keuntungan dan keutamaan berwirausaha. Sehingga para generasi muda yang telah menyelesaikan pendidikan tidak bergantung pada lapangan pekerjaan yang ada, tetapi malah menciptakan peluang untuk membuka kesempatan bekerja bagi orang lain dengan menjadi pengusaha.
“Jadi ini antara pilihan mau jadi orang kaya dengan instrumen mencapai hal itu terjadi kontraproduktif. Saya tidak mengerti ilmu ekonomi apa yang menyebut jika menjadi karyawan itu akan menjadi kaya. Jadi karyawan tidak mungkin kaya, terkecuali Allah berkehendak lain,” ucap dia.
“Jadi jangan berpikir bahwa pejabat itu duitnya banyak, tidak ada. Kewenangannya iya (besar),” kata Bahlil.