Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) merilis informasi bahwa terjadi penurunan nilai ekspor sejumlah komoditas unggulan RI ke pasar potensial di China.

Dalam pemaparan yang dilakukan hari ini, Kepala BPS Margo Yuwono menyebut ekspor komoditas nonmigas ke China mengalami penurunan yang paling dalam pada sepanjang Desember 2021. Tercatat, ekspor nonmigas amblas hingga minus 310 juta dolar AS jika dibandingkan dengan November 2021.

"Ekspor ke China menurun karena berkurangnya ekspor bahan bakar mineral (batu bara), minyak dan lemak nabati," kata Margo melalui saluran virtual, Senin, 17 Januari.

Adapun, penurunan paling dalam kedua setelah China ditempati oleh Malaysia dengan minus 224,1 juta dolar AS. Disusul kemudian Swiss dengan minus 162,2 juta dolar AS, Spanyol minus 110,5 juta dolar AS, serta Filipina dengan minus 104,2 miliar dolar AS.

Asal tahu saja, penurunan ekspor bahan bakar mineral juga menjadi yang paling besar di sektor nonmigas pada Desember 2021 dengan minus 880,4 juta dolar AS dibandingkan dengan November 2021.

Lebih lanjut, meski mengalami penurunan ekspor yang sangat dalam ke China, namun negara di Asia Timur itu tetap menduduki peringkat teratas untuk pangsa pasar ekspor produk nonmigas RI dengan sumbangsih mencapai 23,97 persen atau setara 5,10 miliar dolar AS.

Peringkat kedua ditempati Amerika Serikat dengan 2,64 miliar dolar AS (12,41 persen), Jepang 1,7 miliar dolar AS (7,96 persen), India sebesar 1,19 miliar dolar AS (5,58 persen), dan beberapa negara lainnya.

Secara umum, total ekspor RI pada sepanjang 2021 disebutkan mencapai 231,54 miliar dolar AS. Bukuan tersebut melesat di atas catatan impor yang sebesar 196,19 miliar dolar AS.

Alhasil, Indonesia sukses meriah surplus neraca perdagangan sebesar 35,34 miliar dolar AS pada sepanjang tahun lalu.