Pertumbuhan Ekonomi Bali Jadi yang Paling Lambat, Ekonom: Setiap Daerah Seharusnya Jangan Hanya Mengandalkan 1 Sektor
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Pandemi COVID-19 membuat sektor pariwisata babak belur. Dalam penanganan pandemi, strategi kebijakan dan rem yang dilakukan pemerintah juga sangat memengaruhi pemulihan ekonomi di setiap daerah. Hal itu khususnya, daerah yang ditopang sektor pariwisata seperti Bali dan Yogyakarta.

Seperti diketahui, sebelum COVID-19 masuk ke Tanah Air, Bali menjadi daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini karena didukung kunjungan wisatawan mancanegara.

Namun, selama 2 tahun terakhir ekonomi Bali menjadi yang paling terpuruk di antara daerah lainnya di Indonesia. Sebab, pemerintah memberlakukan kebijakan rem yang melarang masuk wisatawan mancanegara.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan bahwa ruwetnya syarat perjalanan menggunakan pesawat udara selama masa pandemi COVID-19 pun menjadi salah satu faktor penyebab ekonomi Bali terkontraksi.

Lebih lanjut, Faisal mengatakan karena hal  tersebut akhirnya masyarakat memilih berlibur ke destinasi wisata lain dengan syarat perjalanan yang tidak serumit dengan pesawat terbang. Imbasnya pemulihan ekonomi Bali menjadi yang paling lambat.

"Begitu pandemi, pertumbuhan (ekonomi) di Bali menjadi yang paling rendah dan pemulihannya paling lambat," katanya dalam acara 'Refleksi Ekonomi Akhir Tahun 2021', Rabu, 29 Desember.

Faisal mengatakan Yogyakarta yang juga merupakan daerah yang mengandalkan sektor wisata justru mengalami kondisi yang berbeda dibanding Bali. Hal ini karena perjalanan ke Yogyakarta bisa ditempuh melalui jalan darat, baik menggunakan transportasi umum maupun kendaraan pribadi.

Apalagi akses darat menuju Yogyakarta telah memiliki jalur tol lintas Jawa yang sudah selesai, sehingga masyarakat dari Jabodetabek bisa melakukan perjalanan darat. Syarat perjalanannya pun tidak serumit ketika bepergian dengan pesawat udara.

"Memang ada faktor restriksi kebijakan yang memengaruhi. Ketika transportasi udara direstriksi lebih ketat dibanding transportasi darat, ini menyebabkan permintaan jasa pariwisata tidak bisa pergi ke Bali. Maka cari daerah yang masih bisa (dikunjungi), seperti Yogyakarta," tuturnya.

Faisal menjelaskan bahwa pemulihan ekonomi di Bali juga sangat bergantung pada kebijakan transportasi udara, sementara di Yogyakarta tidak begitu terpengaruh karena perjalanan masih bisa ditempuh melalui jalur darat.

"Jadi ini perbedaan nasib Jogja dan Bali," ucapnya.

Ekonomi Yogyakarta tidak ditopang satu sektor

Pertumbuhan ekonomi di Yogyakarta tembus 11,8 persen pada kuartal II 2021. Sementara Bali, tumbuh di angka 2,8 persen pada periode yang sama. Faisal mengatakan hal ini karena struktur ekonomi di Kota Gudeg itu juga jauh lebih beragam, dibanding Bali yang dominan mengandalkan sektor pariwisata.

Menurut dia, di Yogyakarta masih ada sektor lain yang mampu menopang pertumbuhan seperti industri pengolahan, informasi dan komunikasi, sektor konstruksi dan sektor pendidikan.

"Ini menjadi bantalan saat sektor pariwisata kontraksi jadi empat sektor tersebut jadi peredam," tuturnya.

Karena itu, Faisal menyarankan agar setiap daerah tidak bergantung pada satu sektor sebagai penggerak utama perekonomian. Semakin beragam sektor pengungkit ekonomi, maka akan membuat suatu daerah lebih berdaya tahan ketika salah satu sektor terguncang.

"Kalau hanya bergantung pada satu sektor, nanti kalau ada apa-apa di siapa itu akan kembali terguncang," jelasnya.