Belajar Bersabar dalam Berinvestasi di Saham versi Investor Kawakan Lo Kheng Hong: Andalkan Fundamental, karena Kalau Beli Kucing dalam Karung Mana Bisa Sabar?
Lo Kheng Hong. (Foto: Dok. ardiarmandanu.com)

Bagikan:

JAKARTA - Investor kawakan Lo Kheng Hong berbagi tips dalam berinvestasi di instrumen saham. Berinvestasi di pasar modal khususnya saham, menurutnya, diperlukan kesabaran. Untuk itu, bagi para investor, harus paham soal fundamental perusahaan yang sahamnya hendak dibeli.

"Kalau kita beli yang kita tidak tahu, kita tidak akan bisa sabar. Kalau kita beli karena beli tukang pompom, influencer, mana bisa sabar," ujarnya di podcast SyailendraCapital, dikutip Senin 27 Desember..

"Kita baca laporan keuangan, berapa penjualan, labanya modalnya, utangnya, itu tahu semua kita pasti sabar. Karena kita tau ini Mercy harga Avanza tentu kita bersabar. Kalau dia beli kucing dalam karung dia tidak tau apa yang da beli, gimana bisa sabar, akan galau terus," imbuh pria yang akrab disapa Pak Lo ini.

Dia pun bercerita mengapa dirinya tetap bertahan menggeluti pasar saham meski sempat dilanda krisis berkali-kali. Ia berbagi tips di mana kesabaran investor yang dijuluki Warren Buffet Indonesia itu mampu membuahkan hasil karena melalui investasi di saham, kekayaannya semakin bertambah.

Lo Kheng Hong, pada saat krisis di tahun 1998 silam, memilih menggelontorkan semua sisa uangnya ke satu saham. Yang jadi pilihannya adalah milik anak usaha Astra, PT United Tractors Tbk (UNTR).

"Waktu 1998, jadi kalau pak Jos Parengkuan (pendiri Syaliendra Capital) katanya bangkrut, saya nyaris. Uang saya berkurang 85 persen, sisa 15 persen, waktu itu udah full time investor lagi. Punya istri, anak dua, saya enggak kerja lagi, akhirnya uang saya belikan UNTR," kata Lo Kheng Hong, di podcast SyailendraCapital, dikutip Senin 27 Desember.

Lo Kheng Hong melakukan hal itu karena harga saham UNTR anjlok ke Rp250. Padahal, saat itu laba usaha per saham Rp7.800.

Kendalanya saat itu, kata pria yang akrab disapa Pak Lo ini adalah, saham yang dibelinya mandeg di Rp400 dan tidak naik-naik lagi. Pak Lo kemudian mengambil untung setelah memegang saham UNTR selama enam tahun, dan menjualnya pada 2004, di harga Rp15.000.

"Ini juga masih awam, karena kan duit saya kecil kemudian jadi tiba-tiba jadi banyak. Saya mikir kalau duit saya hilang gimana, jadi saya jual," ujarnya.

Lo Kheng Hong juga mengungkapkan, "yesterday is history, tomorrow is mistery". Krisis datang tidak ada yang tahu, baik 1998, 2008, dan 2020. Tapi, untuk antisipasi, Hong menghindari tidak mau berutang.

"Saya mending dorong uang saya 99 persen dibeliin saham, saya berani, tapi jangan suruh saya tambah utang. Karena ketika krisis datang saya nggak akan bisa bertahan. Kalau saya nggak berutang krisis sedalam apa pun saya bisa bertahan, saya pegang terus sahamnya, saya akan menunggu dia kembali naik lebih tinggi," ujarnya.