JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebut bahwa nilai surplus perdagangan pada periode November 2021 yang sebesar 3,51 miliar dolar AS adalah capaian surplus 19 bulan berturut-turut.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan jika diakumulasikan surplus neraca perdagangan sejak Januari hingga November 2021 mencapai 34,32 miliar dolar AS.
“Surplus yang tinggi ini didukung oleh nilai ekspor yang tinggi. Nilai ekspor kumulatif (Jan-Nov 2021) merupakan nilai ekspor yang tertinggi paling tidak sejak periode 2000 lalu,” tuturnya dalam keterangan pers, dikutip Kamis, 16 Desember.
Menurut Febrio, bukuan positif atas perdagangan barang RI di luar negeri tidak lepas dari peningkatan permintaan dari pasar mancanegara.
“Tren peningkatan ekspor terus berlanjut, didorong baik oleh peningkatan harga komoditas utama maupun volume,” tuturnya.
Febrio mencatat, produk manufaktur dan pertambangan mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi. Di sisi lain, impor juga menunjukkan tren yang meningkat, menandakan terus menguatnya aktivitas ekonomi nasional.
“Peningkatan impor bisa dilihat dari semua sektor, baik sektor migas maupun nonmigas serta berdasarkan penggunaannya, seperti barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan juga barang modal,” ucap dia.
Secara terperinci, total nilai ekspor di bulan November 2021 mencapai 22,84 miliar dolar AS, naik 49,7 persen secara tahunan (year-on-year/y-o-y) atau 42,6 persen sepanjang tahun berjalan (year-to-date/y-t-d).
Sektor nonmigas menyumbang hingga 94,17 persen dari total ekspor atau sebesar 21,51 miliar dolar AS. Nilai ekspor ini didominasi oleh sektor industri manufaktur dengan kontribusi mencapai 71.2 persen.
BACA JUGA:
Sektor lainnya yang juga turut berkontribusi cukup besar adalah sektor pertambangan yang tumbuh tinggi sebesar 146,9 persen y-o-y.
"Kinerja ekspor yang tinggi didorong oleh komoditas utama seperti CPO, besi dan baja, batubara dan timah,” tegas Febrio.
Dari sisi impor, total impor bulan November 2021 tercatat sebesar 19.33 miliar dolar AS, naik 52,62 persen y-o-y.
Pertumbuhan ini didorong oleh impor nonmigas yang mencapai 16,30 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar 40.79 persen y-o-y. Dilihat berdasarkan penggunaannya, impor terbesar berasal dari impor bahan baku/penolong (74,14 persen), kemudian diikuti impor barang modal (kontribusi 15,51 persen), serta barang konsumsi (10,35 persen).
“Porsi impor yang sebagian besar merupakan impor bahan baku dan barang modal menunjukkan dinamika aktivitas sektor produksi yang sudah bergeliat,” tutup Febrio.