Erick Thohir: Garuda Indonesia Memang Salah Urus, dan 'Meledak' saat Pandemi COVID-19
Pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan bahwa selama ini Garuda Indonesia terlalu dimanja karena memiliki market domestik yang sangat kuat. Kondisi tersebut kemudian dimanfaatkan oleh oknum di tubuh Garuda Indonesia, dengan pemikiran membuka rute luar negeri. Caranya dengan membuat skenario mencari uang di penyewaan pesawat.

Erick Thohir mengatakan oknum tersebut membuat skenario jika ingin terbang ke suatu negara harus menggunakan pesawat jenis a atau b. Menurut Erick, hal ini yang pada akhirnya jumlah pesawat yang dimiliki Garuda Indonesia beragam jenisnya. Sehingga membuat sewaan pesawat Garuda paling banyak di dunia jumlahnya dalam satu airline industry.

Lebih lanjut, Erick mengatakan kerugian yang dialami oleh Garuda Indonesia disebabkan oleh bisnis model yang salah urus. Ia mengatakan bahwa hal tersebut sudah terjadi dan terus berlanjut berpuluh-puluh tahun yang lalu dan meledak saat pandemi COVID-19.

"Yang akhirnya kita juga paling mahal sewa pesawat di dunia 28 persen yang rata-rata dunia itu 6 persen dari cost operasional. Ini yang harus kita hadapi Garuda complexity-nya itu bukan semata-mata kejadian hari ini, sudah kejadian berpuluh-puluh tahun yang terjadi dan ini ada skenario mencari uang dari sewa-sewa pesawat," tuturnya, dalam acara Kick Andy Show, dikutip Senin, 15 November.

Menurut Erick, keberadaan oknum yang mencari untung dari penyewaan pesawat Garuda pun sudah dibuktikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Di mana, kata Erick, mereka yang terlibat sudah mendapatkan konsekuensi hukumnya.

Sementara itu, kata mantan bos Inter Milan ini, untuk sewa pesawat yang kemahalan dan tidak ada uang balik merupakan kebodohan dalam negosiasi. Karena itu, Erick ingin Garuda maupun anak perusahaan yakni Citilink fokus menggarap pasar domestik.

Lebih lanjut, Erick mengatakan bahwa Garuda harus mencontoh maskapai penerbangan Amerika Serikat. Menurut Erick, maskapai penerbangan AS lebih banyak memiliki rute domestik dibandingkan rute internasional atau ke luar negeri. Sebab, pasar domestik Indonesia sangat kuat.

"Karena itu apa sejak awal kan kita bilang bahwa bisnis model Garuda, Citilink harus kembali ke market lokal. Seperti tadi argumentasi kita kita punya market jangan dijual murah," ucapnya.