Bagikan:

JAKARTA - Indonesia berhasil merebut Piala Thomas kembali setelah 19 tahun lamanya, setelah kemenangannya pada 2002. Potret dua kemenangan itu abadi. Netizen Twitter menyoroti ternyata ada satu orang yang abadi di kedua momen kemenangan tersebut. Orang itu tak lain adalah pelatih Herry Iman Pierngadi yang sering dijuluki Coach Naga Api.

Kemenangan ganda putra Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berhasil menambah poin Indonesia menjadi 2-0 atas China di final Piala Thomas di Ceres Arena kemarin. Fajar/Rian sukses mengalahkan pasangan China He Ji Ting/Zhao Hao Dong, 21-12, 21-19.

Dalam pertandingan final itu, pasangan peringkat 7 dunia ini selalu unggul dari awal permainan. Keduanya tampil kompak dan solid. Selain percaya diri, Fajar/Rian juga mengaku tenang meskipun lawan berhasil memperkecil skor ketertinggalan.

"Pokoknya tenang dan berusaha dapat satu poin," kata Rian dikutip CNNIndonesia. "Modal kami adalah fokus bermain dari awal sampai akhir. Alhamdulillah bisa menerapkan strategi bermain dengan baik dan menang," kata Fajar menimpali.

Di balik kesuksesan Indonesia membopong Piala Thomas ke Indonesia tak lepas dari para pelatihnya. Salah satunya adalah pelatih legendaris Herry Iman Pierngadi (Herry IP) yang sering disebut Coach Naga Api.

Kepiawaian Herry membimbing atlet bulu tangkis tak perlu diragukan lagi. Namanya bahkan sudah kondang di kalangan pebulu tangkis internasional. Beberapa atlet yang berhasil ia tempa salah satunya yakni pebulu tangkis ganda putra terbaik di dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon atau yang dikenal dengan The Minions.

Herry IP di momen kemenangan Piala Thomas 2002 dan 2020 (Instagram/gantungraketcom)

Mengenal sosok Naga Api

Dalam film dokumenter yang dibuat Gabriel Luciana, Herry menceritakan awal mulanya mendapat julukan Coach Naga Api. "Naga itu kan (diberi) badminton lovers (BL) dari China. Karena memang kalau naga itu, kalau di China paling hebat paling kuat gitu. Seinget saya yang ngasih nama Coach Naga Api itu BL dari China. Karena kita banyak bertanding banget di China," kata Herry.

Kecintaan Iman pada bulu tangkis sudah muncul sejak belia. Iman kemudian mengawali karirnya sebagai atlet bulu tangkis. "Mulanya dari lingkungan. Tahun 70-an tinggal di daerah Grogol itu, tetangga ada lapangan bulu tangkis. Waktu itu saya masih 8 tahun."

Kemudian Iman sudah mulai serius menekuni olahraga ini sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). "Kalau serius lebih kurang saya masuk klub itu, SD kelas 6. Tahun 76 atau 77. Saya ikut klub di daerah Grogol, Jakarta Barat, namanya kalau enggak salah Sehati."

Waktu itu Iman mengaku latihan seminggu hanya dua kali, setiap hari Sabtu. Sampai kemudian ia pindah ke klub yang lebih besar di daerah Kemakmuran, Jakarta. Nama klub itu adalah PB16. Iman mulai berlatih lebih serius, kontinu, dan terarah.

Herry IP (Wikimedia Commons)

Meskipun sekarang Herry terkenal sebagai pelatih pebulu tangkis ganda putra, ia mengawali karirnya sebagai atlet bulu tangkis tunggal. "Zaman dulu tidak ada spesialisasi seperti sekarang, jadi basicnya semua itu tunggal. Nanti biasanya kalau ikut pertandingan, ada ngerangkap. Main tunggal, ada juga main ganda" kata Herry.

Sebagai pecinta bulu tangkis, Herry tentu punya atlet yang diidolakan. Untuk pemain tunggal Herry mengidolakan Budi Hartono dan Lim Swie King. Sementara pemain ganda ia mengidolakan Christian Hadinata.

"Koh Chris (Christian Hadinata) role model di ganda putra. Kemudian pelatih saya dulu bilang, saya bakatnya lebih ke (pemain) ganda. Jadi role model saya lebih ke Christian Hadinata," kata Herry.

Herry sempat masuk pelatnas antara tahun 1984-1985. Sebagaimana dikutip Tempo, saat itu usia Herry menginjak 22 tahun.

"Ketika itu belum ada pelatnas perama, hanya senior saja. Kami masih berlatih di Hall C. Saya generasi di bawah Koh Chris dan Liem Swie King. Bila kami berlatih, harus datang pagi-pagi dan lebih dulu sebelum senior latihan. Begitu senior datang, kami minggir," kata Herry.

Beralih jadi pelatih

Kepada Gabriel dalam film dokumenternya, Herry menceritakan bagaimana awalnya menjadi pelatih. Siapa sangka, orang yang namanya sudah mendunia di kalangan bulu tangkis ini mulanya tak pernah terbesit berkeinginan menjadi seorang pelatih. Tapi takdir berkata lain.

"Sebenarnya tak ada niat khusus jadi pelatih," kata Herry. Semua bermula ketika pada tahun 1988, Herry bermain di kejuaraan nasional di Pontianak, ia mengalami cedera kaki. Kaki kirinya "lepas".

Mulanya ia masih berkeras untuk melanjutkan ajangnya di pertandingan bulu tangkis, sampai akhirnya kakinya kembali cedera sebanyak tiga kali berturut-turut. "Sampai sembuh, coba lagi main, lepas lagi, sampai tiga kali. Akhirnya saya memutuskan berhenti enggak bisa main lagi. Karena kakinya udah enggak normal," kata Herry.

Hery mengaku pertama kali mendapat tawaran jadi pelatih di klub Tangkas, tatkala dirinya tengah berada di Australia. Ia mendapat tawaran tersebut dari Lius Pongoh. Boleh dibilang Herry menjadi pelatih ganda pertama di klub Tangkas.

Setelah empat tahun melatih pemain ganda di Tangkas (1989-1992), pada 1993 Herry ditarik ke pelatnas Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Sebelumnya, Herry sempat diberi kepercayaan menjadi pelatih ganda putra untuk turnamen Kejuaraan Dunia Junior di Indonesia.

"Saat itu All indonesian Final di ganda putra. Dari situ saya dipanggil ke pelatnas pratama. Saya pelatih pratama pertama di pelatnas dan memegang pemain-pemain muda," kata Herry kepada Tempo.

Herry kemudian menggantikan Christian Hadinata pada 1999. Sebelumnya, Christian melatih dan menangani pemain ganda senior.

Debutnya mendampingi pebulu tangkis Indonesia ke All England 1999 moncer. Saat itu Herry membawa Tony Gunawan/Candra Wijaya juara. "Saya enggak terlalu beban waktu itu, karena kami di bawah Korea Selatan. Sebagai pelatih dan pemain saya adalah underdog."

Dan tahun berikutnya mungkin menjadi momen yang paling tak terlupakan bagi Herry. Sebab ia berhasil membawa duo Tony/Candra untuk menyabet emas di Olimpiade Sydney 2000.

Metode latihan

Herry menceritakan bagaimana strateginya melatih atlet bulu tangkis ganda putra. Menurutnya pemain ganda harus fokus melatih tenaga tangan. Berbeda dengan pemain tunggal yang lebih melatih kaki.

"Ganda itu lebih banyak mainnya di power, tenaga. Tenaga tangannya harus lebih kuat. Kalau tunggal itu kakinya harus kuat tangan juga harus kuat. Karena mereka main tunggal satu lapangan satu. Kalau ganda satu lapangan, dua orang," beber Herry dalam video wawancara Gabriel Luciana.

Tapi kata Herry bukan berarti pemain ganda tak perlu memperkuat kakinya, namun pemain ganda memang harus fokus di kekuatan tangan. Tak lupa, teknik permainan ganda harus lebih variatif.

"Lebih fokusin ke power tangan. Harus lebih kuat, kemudian tekniknya. Teknik permainan dobel sama tunggal kan jauh beda, kita harus fokusin ke situ," kata Herry.

Menurut Herry, salah satu keandalan para atlet bulu tangkis tak cukup hanya sekadar mengandalkan kecepatan. Kata Herry, kalau sekadar cepat, negara-negara pesaing Indonesia seperti China pun tak kalah cepat.

Herry menjelaskan salah satu keunggulan atlet Indonesia adalah karena memiliki teknik yang bervariasi. "Kita lebih variasi mainnya, jadi enggak monoton. Kita punya cara bermain itu ciri khas Indonesia."

Salah satu contoh metode latihan yang Herry contohkan adalah ketika mengantarkan Tony/Candra menekuk Korea Selatan di Olimpiade 2000. Waktu itu ia melihat atlet asuhannya tersebut kalah di segi tenaga karena ganda Korsel besar-besar. Tapi dari segi teknik, ganda Indonesia tak kalah.

"Saya melakukan perubahan latihan dengan menggunakan raket squash. Saya juga buat billboard dengan wajah ganda Korea itu. Meski Tony/Candra lelah, karena di depan mereka ada wajah musuh, mereka harus lanjut terus," kata Herry.

*Baca Informasi lain tentang BULU TANGKIS atau baca tulisan menarik lain dari Ramdan Febrian Arifin.

BERNAS Lainnya