Narasi Tahunan Gatot Nurmantyo Soal Kebangkitan PKI: Peringatan atau Paranoid?
Gatot Nurmantyo (Foto: Instagram @nurmantyo_gatot)

Bagikan:

JAKARTA - Hampir setiap menjelang 30 September isu kebangkitan PKI menyeruak. Dan salah satu orang yang rajin menyuarakan isu ini adalah Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo. Kali ini ia menuding komunisme telah menyusup ke tubuh TNI dengan hilangnya patung Soeharto dkk di Markas Kostrad. Pertanyaannya apakah ini hanya paranoid saja atau sebuah peringatan?

Semua bermula ketika Gatot menyampaikan pernyataan pada webinar bertajuk 'TNI Vs PKI' 26 September kemarin. Ia menyebut ada sejumlah indikasi bahwa PKI menyusup dalam tubuh TNI. Kata dia hal itu terlihat dari hilangnya diorama Soeharto yang tengah memerintahkan Sarwo Edhie untuk menumpas PKI.

Dalam diskusi daring sebelumnya, Gatot menceritakan awal berdirinya PKI hingga masih adanya PKI ini di Indonesia. Bukti paling nyata PKI terindikasi ada di TNI melalui hilangnya diorama di Makostrad.

"Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata, baru saja terjadi adalah Museum Kostrad, betapa diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu. Di situ direncanakan gimana mengatasi pemberontakan G30SPKI di mana Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO," ujar Gatot.

"Ini tunjukkan bahwa mau tidak mau kita harus akui, dalam menghadapi pemberontakan G30SPKI, peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus yang dulu Resimen Para Komando dan Sarwo Edhie, dan peran Jenderal Nasution. Peran KKO jelas akan dihapuskan dan (tiga) patung itu sekarang tidak ada, sudah bersih," tambahnya.

Gatot Nurmantyo (Tangkapan layar Youtube deklarasi KAMI)

Pernyataan Gatot ini membuat riuh ruang publik. Bahkan sampai pagi tadi tagar #Gatot masih menjadi trending Twitter. Lantas bagaimana duduk perkaranya? 

Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana dalam siaran persnya menjelaskan, Kostrad tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung monumen penumpasan PKI Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad. "Pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir batin," ujarnya.

Menurut Kol Haryantana, Kostrad tidak mempunyai ide untuk membongkar patung Presiden Kedua RI Soeharto, Letjen TNI Sarwo Edhie, dan Jenderal AH Nasution yang ada dalam ruang kerja Soeharto di Museum Dharma Bhakti, di Markas Kostrad. Ia menyebut ada permintaan sebelumnya dari Letnan Jenderal TNI Azmyn Yusri Nasution selaku pembuat patung-patung itu.

Azmyn, menurut Haryantana, meminta langsung kepada Pangkostrad Letjen TNI Dudung untuk dapat menyerahkan patung-patung tersebut kepadanya. "Patung itu yang membuat Letjen TNI (Purn) AY Nasution saat beliau menjabat Pangkostrad. Kemudian pada 30 Agustus 2021 Pak AY Nasution meminta Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurrahman untuk diserahkan kembali pada Letjen TNI Purn AY Nasution," ujarnya.

Konsistensi Gatot

Hampir setiap menjelang 30 September tepat ketika hari peringatan G30S PKI isu kebangkitan ideologi partai palu arit mencuat. Dan Gatot menjadi salah seorang tokoh yang konsisten menyuarakan hal tersebut.

Tahun lalu misalnya, Gatot juga mengatakan bahwa kebangkitan PKI atau komunisme gaya baru benar adanya. Ia juga sempat memaparkan argumennya soal itu.

Dalam acara Indonesia Lawyers Club 29 September 2020 Gatot menerangkan berdasarkan dari berbagai teori yang dibacanya, bakal ada potensi perang di sekitar khatulistiwa dengan latar belakang ekonomi dan energi. Dia juga mengungkapkan tumbuhnya ideologi komunisme di Indonesia.

Menurutnya, Indonesia dihimpit oleh dua kekuatan yakni komunisme yaitu Republik Rakyat Tiongkok, dan Amerika yang berideologi kapitalisme. Sejumlah indikasi juga menunjukkan munculnya paham komunisme yang bertentangan dengan Pancasila. 

Gatot Nurmantyo (Foto: Facebook Gatot Nurmantyo)

"Jumlah anak PKI ada 15 juta, lalu bagaimana dengan ideologi PKI, apakah akan hilang? Tidak," katanya. Kemudian, dia melihat ada upaya penghapusan sejarah G30SPKI, lalu munculnya RUU Haluan Ideologi Pancasila, serta adanya konsep memeras Pancasila menjadi Ekasila. 

"Dari akumulasi ini apakah salah kalau saya berpikir ini adalah ide-ide yang bertentangan dengan Pancasila. Mengapa didiamkan?" ujarnya.

Untuk itu bahkan sejak menjabat sebagai Panglima TNI, Gatot terus menginstruksikan bawahannya untuk nonton bareng film G30SPKI. "Tujuan saya agar peristiwa kelam 1965 tidak terulang kembali, mengapa demikian?," kata dia.

Paranoid atau peringatan?

Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai perkataan Gatot adalah sebuah peringatan. Menurutnya narasi yang dibangun Gatot merupakan sebagai pengingat akan kekejaman PKI di masa lalu yang tak boleh dilupakan. 

"Mungkin Gatot sedang mengingatkan TNI dan kita semua agar waspada akan kebangkitan gaya baru PKI. Saya melihatnya, itu warning dari mantan Panglima TNI untuk kita semua. Narasi Gatot itu sebagai pengingat pada kita akan kekejaman PKI dimasa lalu yang tak boleh kita lupakan.," kata Ujang dihubungi VOI.

Ujang menilai mau bagaimanapun juga yang namanya ideologi memang tak mungkin mati. Sehingga akan selalu ada orang yang membangkitkannya kembali.

"Yang pasti, kita tetap harus waspada dengan segala kemungkinan. Termasuk soal PKI. Karena bagaimanapun ideologi itu tak ada yang benar-benar mati," ujar Ujang. 

"Jadi akan selalu ada orang yang akan membangkitkannya kembali. Kita waspada saja," tambahnya.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin juga mengatakan kalaupun memang komunisme akan bangkit dengan gaya barunya, hal itu akan muncul tersembunyi. Karena sekali lagi namanya ideologi menurutnya hal itu tak akan pernah padam.

"Tentu akan main belakang, tersembunyi dan dalam gelap. Karena bagaimanapun ideologi itu tak akan pernah padam," pungkasnya.

*Baca Informasi lain tentang POLITIK atau baca tulisan menarik lain dari Ramdan Febrian Arifin.

BERNAS Lainnya