Sepak Terjang Kerajaan Bisnis Grup Bakrie yang Kerap Dililit Utang
Keluarga Bakrie (Instagram/ramadhaniabakrie)

Bagikan:

JAKARTA - Ramadhania Ardiansyah Bakrie atau Nia Ramadhani dan Anindra Ardiansyah Bakrie atau Ardi Bakrie ditangkap polisi terkait penyalahgunaan narkotika. Nama keluarga Bakrie pun jadi sorotan. Sebab mereka dikenal sebagai bagian dari salah satu keluarga konglomerat paling tersohor di Indonesia, Grup Bakrie. Lantas bagaimana sebenarnya sepak terjang kerajaan bisnis yang dirintis Achmad Bakrie tersebut?

Nia dan Ardi, beserta seorang sopir mereka yang berinisial ZN ditangkap pada Rabu 7 Juli dengan alat bukti 0,78 gram sabu dan satu alat isap, bong, di kediaman mereka, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Nia mengaku kepada polisi sudah menggunakan sabu selama empat hingga lima bulan terakhir. Saat ini polisi masih mendalami kasus untuk menemukan pemasok sabu kepada selebritas tersebut. 

Nia mulai dikenal luas karena berperan sebagai Bawang Merah di sinetron Bawang Merah Bawang Putih yang tayang pertama kali pada 2004. Waktu itu Nia masih berusia 15 tahun. 

Pada 2010, Nia menikah dengan Ardi. Saat itu ia berusia 20 tahun, sedangkan Ardi 32 tahun. Selama sebelas tahun menikah, pasangan ini sudah dikaruniai tiga orang anak, yakni seorang putri dan dua orang putra. Lalu siapakah sosok Ardi Bakrie yang menjadi suami dari Nia Ramadhani? 

Nia dan Ardi Bakrie (Instagram/ramadhaniabakrie)

Generasi ketiga

Ardi Bakrie merupakan anak dari pasangan konglomerat Aburizal Bakrie dan Tatty Murnitriati. Ia dikenal sebagai pengusaha yang meneruskan kejayaan bisnis keluarga. Bisa dibilang ia merupakan generasi ketiga yang menjalankan sejumlah bisnis dari Grup Bakrie. 

Grup Bakrie adalah perusahaan konglomerat yang didirikan oleh Achmad Bakrie, ayah dari Aburizal Bakrie pada 1942. Perusahaan ini berkonglomerasi di banyak bidang seperti pertambangan, migas, properti, infrastruktur, media dan telekomunikasi. 

Di usianya yang menginjak kepala empat, Ardi Bakrie sudah menempati posisi penting di sejumlah perusahaan. Seperti tercantum pada akun Linkedinnya, sekarang Ardi menjabat sebagai CEO stasiun televisi swasta tvOne. 

Ia pernah menjadi direktur utama tvOne pada 2007 sampai 2017. Di samping menjadi CEO tvOne, Ardi juga menjabat komisaris utama stasiun ANTV dan tvOne. 

Selain itu, Ardi Bakrie saat ini juga berperan sebagai Wakil Direktur Utama PT Visi Media Asia atau VIVA. Sampai Maret 2021, VIVA memiliki total aset sebesar Rp8,66 triliun. Ini baru salah satu dari sekian banyak anak perusahaan Bakrie Group. Lantas berapa total nilai perusahaan milik keluarga Bakrie tersebut?

Sepak terjang Grup Bakrie

Semua bermula ketika Achmad Bakrie mendirikan CV Bakrie & Brothers di Teluk Betung, Lampung. Awalnya bisnis ini bergerak di hasil bumi, kemudian dikenal sebagai pionir produsen pipa baja. 

Dikutip Majalah Tempo Pada 1988, Aburizal Bakrie memimpin Grup Bakrie. Bakrie & Brothers masuk bursa dan mulai merambah sektor telekomunikasi. Dari penjualan saham 15 persen, Bakrie mendapat dana Rp25 miliar. Tiga tahun kemudian, pendapatan perusahaan mencapai Rp213 miliar.

Kemudian pada 1992, Bakrie mendirikan tiga perusahaan induk: PT Bakrie & Brothers, Bakrie Nusantara Corporation, dan PT Bakrie Investindo. Tiga holding ini membawahi unit usaha di bidang industri, manufaktur, telekomunikasi, agrobisnis, dan perdagangan. Dan setahun kemudian, Grup Bakrie meluncurkan ANTV. 

Bakrie Tower (Sumber: Wikimedia Commonse)

Badai pertama datang ketika krisis moneter tahun 1998 terjadi. Anjloknya nilai tukar rupiah menjadi Rp17 ribu per dolar AS, membuat utang Bakrie & Brothers naik dari Rp2,7 triliun menjadi Rp9,7 triliun. 

Sahamnya tergerus dari 58 persen menjadi tinggal 2,5 persen. Keluarga Bakrie harus mengembalikan utang rekapitalisasi Rp3 triliun ke negara dan menyerahkan aset-asetnya ke Badan Penyahatan Perbankan Nasional. 

Masalah besar lainnya terjadi pada 2006. Saat itu salah satu anak perusahaan Grup Bakrie, PT Lapindo Brantas di Sidoarjo menyemburkan lumpur panas. Aburizal mengklaim rugi Rp9 triliun. Sementara Bakrie Life gagal membayar premi asuransi hingga Rp360 miliar. Saham Bakrie Telecom dilego.

Dua tahun kemudian, Bursa Efek Indonesia menghentikan sementara perdagangan saham Bakrie & Brothers, Bakrieland, Bumi Resources, Energi Mega Persada, Bakrie Sumatera Plantations, dan Bakrie Telecom, karena harga sahamnya ambruk 30 persen. Rumor gadai saham menjadi pemicunya. 

Bakrie & Brothers kemudian menerbitkan saham baru Rp40,8 triliun. Namun terkumpul hanya Rp30 triliun. Dananya untuk membeli 35 persen saham Bumi Resources, 40 persen saham Energi Mega, dan 40 persen saham Bakrieland Development dari keluarga Bakrie. 

Pada 2014, masalah utang kembali mencuat. Bumi Resources berutang 3,73 miliar dolar AS atau sekitar Rp44,77 triliun. Paling beesar kepada perusahaan China Investment Corporation sebesar 1,9 miliar dolar AS. Pada 2013 dan 2014 perseroan membayar masing-masing 600 juta dolar AS dan tahun berikutnya 700 juta dolar AS. 

Setelah mengalami pasang surut, lantas berapa total aset PT Bakrie & Brothers Tbk. (BNBR) saat ini? 

Pada keterangan pers 17 Desember 2020, Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk. Anindya Bakrie menyampaikan total aset BNBR dalam sembilan bulan pertama 2020 sebesar Rp15,50 triliun. Sementara total aset selama 2019 sebesar Rp14,36 triliun. 

*Baca informasi lain tentang Bisnis atau tulisan menarik lain dari Ramdan Febrian Arifin.

BERNAS Lainnya