Bagikan:

JAKARTA - Inggris melaju ke final Euro 2020 usai mengalahkan Denmark di laga semifinal. Keberhasilan Inggris itu mencatatkan kontroversi. Bau-bau kecurangan muncul dari laga itu.

Inggris ketinggalan lebih dulu lewat gol tendangan bebas Mikkel Damsgaard. Kedudukan kemudian imbang akibat gol bunuh diri kapten Denmark, Simon Kjaer yang gagal mengantisipasi umpan silang pemain muda Arsenal, Bukayo Saka.

Pertandingan berlanjut hingga babak perpanjangan waktu. Menit 102, Raheem Sterling jatuh di kotak penalti. Dua menit kemudian, Harry Kane mengeksekusi penalti menjadi gol yang memastikan kemenangan Inggris.

Rangkaian peristiwa krusial ini yang banyak disoroti para penikmat dan pengamat sepak bola. Kemenangan Inggris dipertanyakan karena kejanggalan-kejanggalan yang terjadi dalam beberapa menit itu.

Dua bola di lapangan

Penalti yang dieksekusi Kane berawal dari aksi solo Sterling membawa bola menembus sisi kiri pertahanan Denmark. Kejanggalan pertama terjadi di momen itu. Di sisi lapangan yang sama, sebuah bola tiba-tiba muncul.

Ada dua bola di lapangan yang menurut banyak pihak memengaruhi konsentrasi bek Denmark. Menimbulkan kebingungan. Fédération Internationale de Football Association (FIFA) sejatinya telah menetapkan ketentuan yang harus diambil wasit dalam situasi seperti ini.

Law of the Game FIFA, tepatnya pada bagian "Outside Interference" atau Gangguan dari Luar mengatur beberapa situasi yang mengharuskan wasit menghentikan pertandingan.

Salah satunya adalah ketika ada lebih dari satu bola di lapangan. Tapi poin lain memberikan kewenangan bagi wasit untuk menilai situasi. Jika bola kedua, ketiga, atau seterusnya itu tidak mengganggu, permainan boleh dilanjutkan dengan sejumlah syarat.

"Bola tambahan, benda atau binatang lain memasuki lapangan permainan selama pertandingan, wasit harus menghentikan permainan (dan memulai kembali dengan bola yang dijatuhkan)."

"Hanya jika mengganggu permainan. Kecuali bola masuk ke gawang dan gangguan tidak mencegah pemain bertahan memainkan bola. Gol diberikan jika bola masuk ke gawang, bahkan jika kontak dilakukan dengan bola, kecuali jika gangguan dilakukan oleh tim penyerang."

Pelanggaran Sterling

Sterling, Kane, dan Henderson merayakan kemenangan Inggris (Twitter/@euro2020)

Dua pelatih kawakan yang sempat mencicip kerasnya Liga Inggris, Arsene Wenger dan Jose Mourinho mengomentari penalti Sterling. Bagi Wenger Inggris tak seharusnya diberikan penalti.

"Tidak ada penalti. Saya tidak mengerti kenapa (penalti)," kata Wenger berkomentar sebagai pengamat di BeinSport.

Menurut Wenger Sterling kerap melakukan diving. Wenger kembali ke Liga Inggris 2017, ketika ia menangani Arsenal dan dikalahkan 3-1 oleh Manchester City. Wenger saat itu mengkritik wasit dan diving Sterling.

“Saya yakin itu bukan penalti. Kami tahu bahwa Raheem Sterling melakukan diving dengan baik, dia melakukannya dengan sangat baik,” kata Wenger.

Mantan pelatih Chelsea dan Manchester United, Jose Mourinho juga menyoroti penalti Inggris di laga kontra Denmark. Penalti untuk Inggris tak tepat, katanya. Meski begitu Mourinho menyebut Inggris layak melaju ke final.

"Inggris pantas menang dan saya sangat senang. Jangan salah paham ... Tapi saya mengatakannya, seperti yang saya lihat. Dan sebagai orang sepak bola saya kecewa karena penalti pada Raheem Sterling diberikan," kata Mou.

"Mungkin para penggemar Inggris tidak akan menyukai pendapat saya, tetapi itu harusnya bukan penalti. Tidak. Terutama di level ini, semi final Euro. Saya tidak mengerti keputusan wasit," tambah dia.

Sementara, Sterling telah angkat suara. Ada sentuhan yang mengganggu larinya, kata Sterling. "Saya masuk ke kotak penalti dan dia (Joakim Maehle) menjulurkan kaki kanannya keluar. Selama itu masuk, itu yang terpenting," kata Sterling, dikutip BBC Sports.

Laser pengganggu Schmeichel

Kiper Denmark, Kasper Schmeichel (Instagram/@kasperschmeichel)

Sesaat sebelum Kane menendang bola penaltinya, Kasper Schmeichel tampak diganggu serangan laser. Cahaya itu diduga ditembakkan dari tribun penonton Inggris.

Konsentrasi Schmeichel sempat terganggu. Meski begitu Schmeichel tetap berhasil menepis tendangan Kane sebelum bola muntah itu kembali disikat Kane ke jaring gawang.

Serangan laser yang paling kita kenal pernah terjadi pada laga final Piala AFF 2010 antara Indonesia dan Malaysia. Itu terjadi ketika kiper Indonesia, Markus Horison menghadapi situasi tendangan bebas.

Belum sempat ditendang, Markus protes. Pelatih tim Indonesia, Alfred Riedl juga protes. Sebagai preseden, wasit yang memimpin pertandingan, Toma Masaaki memutuskan untuk menghentikan pertandingan.

Laser diketahui memiliki efek buruk bagi mata. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan bahaya laser --bahkan jika itu mainan-- yang digunakan sembarangan bisa menyebabkan cedera mata bahkan kebutaan.

Efek paparan laser bisa lebih berbahaya dari efek menatap matahari secara langsung. Dan Hewett, petugas promosi kesehatan di FDA’s Center for Devices and Radiological Health menjelaskan paparan sinar laser dalam taraf ringan dalam waktu singkat bisa menyebabkan kehilangan penglihatan sementara.

Cahaya sinar laser menghasilkan energi panas yang bisa merusak jaringan mata. Hal ini yang bisa jadi terjadi pada Schmeichel dan Markus jika sinar laser tepat mengenai mata mereka dalam beberapa saat.

Mantan pemain nasional Inggris dan Liverpool, Stan Collymore mengutuk aksi penggemar timnas Inggris. Ia menyerukan pihak yang menyorot wajah Schmeichel dengan laser dihukum larangan masuk stadion seumur hidup.

"Jika ada yang menyorotkan pena laser ke Schmeichel, mereka ingin dilarang seumur hidup," bunyi kicauan Stan Collymore.

*Baca Informasi lain soal EURO 2020 atau baca tulisan menarik lain dari Riki Noviana dan Yudhistira Mahabharata.

BERNAS Lainnya